GridOto.com - Nyaris tidak ada yang tidak kenal dengan figur Hartawan Setjodiningrat atau lebih kenal sebagai Hauwke di kalangan pencinta mobil kuno.
Maklum, Hauwke memang dikenal sebagai figur kolektor sekaligus restorer mobil-mobil kuno di Indonesia.
Hauwke mengaku, jumlah mobil kuno yang sudah ia restorasi sejak dekade ‘80-an sudah mencapai tiga digit.
Sudah mencintai bermacam mesin-mesin antik sejak lama, Hauwke memilih untuk merestorasi mobil kuno berkat tantangan yang dimiliki oleh aktivitas tersebut.
“Saya suka segala mesin kuno dari mesin ketik hingga mesin jahit, tapi bagi saya itu kurang menarik karena restorasinya simpel,” ujar Hauwke kepada GridOto.com beberapa waktu lalu.
“Kalau mobil kan punya banyak komponen sehingga lebih menantang, akhirnya saya mulai merestorasi mobil-mobil kuno dari satu, dua, akhirnya sampai ratusan,” tawa Hauwke.
Namun, figur kelahiran 1955 itu mengaku bahwa dirinya sudah tidak lagi aktif mencari dan merestorasi mobil kuno sejak beberapa tahun belakangan.
Tapi bukan berarti Hauwke sudah lepas tangan dari dunia mobil kuno, justru malah sebaliknya.
Baca Juga: Figur - Dyonisius Beti, Melamar di Yamaha Ditolak, Sekarang Malah Jadi Executive Vice President
Pemilik galeri mobil kuno Hauwke’s Auto Gallery di bilangan Kemang, Jakarta Selatan itu mengaku sedang gencar ‘meracuni’ anak-anak muda untuk tertarik dengan mobil kuno.
Hal tersebut muncul dari kekhawatiran bahwa jika tidak ada regenerasi, maka mobil-mobil kuno terutama dengan nilai sejarah bisa hilang dari Indonesia.
“Kalau tidak ada yang mau ngurus, mobil-mobil yang analog seperti ini nantinya bisa dibuang-buang,” ujar Hauwke sambil menunjuk ke dashboard Chrysler Windsor 1947 eks RI 1 yang sedang ia kemudikan.
“Padahal kalau di mata orang luar, mobil-mobil seperti ini tidak ternilai harganya karena nilai historis yang dimiliki,” imbuh pria yang juga aktif di Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) itu.
“Makanya sekarang saya suka kumpul-kumpul sama orang yang lebih muda, saya ‘racunin’ mobil kuno, saya bantu sampai akhirnya sekarang banyak yang bisa sendiri,” ucap Hauwke.
Meskipun begitu, ia mengaku bahwa teknologi menjadi salah satu tantangan terberatnya dalam mempopulerkan mobil kuno di kalangan anak muda.
Hauwke beralasan, teknologi membuat gaya hidup serba instan dan nyaman menjadi norma di era modern.
“Sekarang dengan adanya munculnya gaya hidup seperti itu, banyak orang yang kehilangan passion, mereka tidak ingin mengeluarkan usaha,” ucap Hauwke.
Baca Juga: Figur - Gatot Nugroho, Siasat Bertahan Planet Ban di Tengah Pandemi
“Mengurus dan restorasi mobil kuno itu kan butuh usaha, tapi karena sudah terbiasa nyaman dan instan banyak yang langsung tidak mau karena merasa tidak sanggup, itu yang buat saya jadi masalah,” tambah pria yang hobi overlanding itu.
“Terlihat juga dari mobil yang sekarang operasinya serba otomatis, kalau ini berlanjut dan kita dinina-bobokan teknologi lain yang sudah ada akan diambil,” tukasnya.
Oleh karena itu, ia pun terus mencari cara baru tidak hanya untuk mempopulerkan mobil kuno, melainkan juga aktivitas lain yang berbau otomotif kepada khalayak umum khususnya anak muda.
Contoh terbesarnya adalah mendokumentasikan aktivitas otomotifnya melalui media sosial instagram di @happygoluckyexpedition maupun kanal YouTube miliknya yaitu Hauwke Setjodiningrat.
“Salah satu kenapa saya suka kumpul sama anak-anak muda juga sekalian belajar soal teknologi (media sosial) dari mereka,” ujar pria yang sekarang menekuni ‘obsesi’ barunya menelusuri kekayaan spiritual Indonesia itu.
“Harapannya dengan saya suka ngalor-ngidul kepanasan di gunung naik mobil 4x4 atau di bengkel restorasi mobil kuno bisa menginspirasi orang lain untuk tertarik melakukan hal yang sama,” tutupnya.