Baca Juga: Figur - Dyonisius Beti, Melamar di Yamaha Ditolak, Sekarang Malah Jadi Executive Vice President
Pemilik galeri mobil kuno Hauwke’s Auto Gallery di bilangan Kemang, Jakarta Selatan itu mengaku sedang gencar ‘meracuni’ anak-anak muda untuk tertarik dengan mobil kuno.
Hal tersebut muncul dari kekhawatiran bahwa jika tidak ada regenerasi, maka mobil-mobil kuno terutama dengan nilai sejarah bisa hilang dari Indonesia.
“Kalau tidak ada yang mau ngurus, mobil-mobil yang analog seperti ini nantinya bisa dibuang-buang,” ujar Hauwke sambil menunjuk ke dashboard Chrysler Windsor 1947 eks RI 1 yang sedang ia kemudikan.
“Padahal kalau di mata orang luar, mobil-mobil seperti ini tidak ternilai harganya karena nilai historis yang dimiliki,” imbuh pria yang juga aktif di Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) itu.
“Makanya sekarang saya suka kumpul-kumpul sama orang yang lebih muda, saya ‘racunin’ mobil kuno, saya bantu sampai akhirnya sekarang banyak yang bisa sendiri,” ucap Hauwke.
Meskipun begitu, ia mengaku bahwa teknologi menjadi salah satu tantangan terberatnya dalam mempopulerkan mobil kuno di kalangan anak muda.
Hauwke beralasan, teknologi membuat gaya hidup serba instan dan nyaman menjadi norma di era modern.
“Sekarang dengan adanya munculnya gaya hidup seperti itu, banyak orang yang kehilangan passion, mereka tidak ingin mengeluarkan usaha,” ucap Hauwke.