Astrid mengungkapkan, hal itu bisa menjadi pertimbangan dari sang perusahaan induk brand mobil kebanggaan 'Negeri Ginseng' tersebut.
Namun menurutnya, saat ini Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution masih berfokus pada persiapan pembangunan pabrik, dengan nilai investasi 1,1 miliar Dolar Amerika Serikat (senilai Rp 15,785 triliun, kurs 1 dolar AS = Rp 14.356 per 3/8/2021).
"Hyundai pastinya secara menyeluruh akan menjajaki dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang memberikan pilihan terbaik bagi semua pemangku kepentingan," ujar Astrid.
"Kami meyakini Hyundai Motor Group akan selalu beradaptasi dalam menanggapi dinamika perkembangan masa depan kendaraan listrik di pasar global, termasuk di Indonesia," tambahnya.
Pembangunan pabrik sel baterai mobil listrik yang rencananya dimulai pada kuartal terakhir 2021 itu memang cukup signifikan, tidak hanya untuk Hyundai.
Melainkan juga untuk pembentukan ekosistem manufaktur dan pemasaran mobil listrik di Indonesia.
"Penandatanganan MoU ini sekaligus menjadi langkah lanjutan dari Hyundai dalam menjalankan komitmennya sebagai game-changer (pelopor) pada ekosistem EV di Indonesia," imbuhnya.
"Dengan kehadiran pabrik sel baterai ini, kita bisa mengharapkan pembentukan ekosistem kendaraan listrik yang akan semakin meningkat pesat di pasar Indonesia," tutup Astrid.