Punuk Baju Balap Punya Cerita, Begini Perkembangannya dari Masa ke Masa

Rezki Alif P - Kamis, 8 Juli 2021 | 19:20 WIB

Punuk baju balap MotoGP (Rezki Alif P - )

GridOto.com - Meski jarang diperhatikan, punuk pada baju balap pembalap MotoGP punya sejarah panjang.

Tak hanya soal fitur keselamatan, punuk baju balap MotoGP juga punya beberapa fungsi penting lainnya terutama soal aerodinamika.

Selain mesin dan skill pembalap, faktor lain yang menentukan kecepatan pembalap di trek adalah aerodinamika dan pakaian balap masuk di dalamnya.

Di masa lampau, aerodinamika hanya fokus soal bentuk bodi motor saja.

Tapi menginjak akhir 1980-an, pakaian balap mulai dianggap memegang peranan penting dalam aspek aerodinamika ini.

Baca Juga: Waduh, Ducati Ogah Nampung Maverick Vinales Buat MotoGP 2022

Mulai helm, baju balap, sarung tangan, sampai sepatu juga dianggap bisa membuat pembalap semakin cepat.

Posisi tubuh dengan pakaian balapnya bisa menjadi kombinasi yang unik untuk sebuah konsep aerodinamika yang bagus.

Saat berakselerasi di trek lurus, para pembalap akan melakukan gerakan tertentu untuk mempertajam kecepatannya.

Misalnya saja dengan menunduk, tangan dilipat ke tengah, kaki merapat ke motor, dan pakaian balap membantu pembalap memaksimalkan potensi tersebut termasuk punuk di baju balap.

Tahun 1988 Dainese mulai membuat inovasi dengan membuat punuk di baju balap.

Baca Juga: Johann Zarco Enggak Mau Disebut Pembalap Terbaik Ducati di MotoGP 2021, Apa Sih Maunya

Awalnya punuk dibuat dengan memakai busa dan karet hanya untuk menjaga keselamatan bagian belakang tubuh pembalap.

Pembalap profesional asal Bologna, Pierfrancesco Chili, adalah pembalap pertama yang memakai punuk di 1988.

Tahun demi tahun part penunjang keselamatan khususnya punuk ini juga semakin diperhatikan di balap motor.

Dainese
Pierfrancesco Chili memakai wearpack dengan punuk di 1988

Jean Philippe Ruggia, jadi pembalap pertama yang menikung memakai sikunya dan semakin membuat punuk ini populer.

Usai mencoba racing suit baru dengan punuk, pembalap asal Prancis ini merasakan kestabilan yang jauh lebih baik saat melaju di kecepatan tinggi.

Baca Juga: Bawa-bawa Nama Marc Marquez, Giacomo Agostini Komentari Valentino Rossi yang Tak Kunjung Pensiun

Ruggia terus merasakan sensasi posisi yang nyaman saat melaju dengan kecepatan tinggi memakai punuk ini.

Lambat laun Ruggia sadar posisi tersebut membuat pembalap lebih nyaman soal konsentrasi, lebih menghemat energi, dan tentunya bisa melaju dengan lebih cepat.

Gerakannya menjadi dasar seperti yang sering kita lihat sekarang ini.

KTM
Danilo Petrucci

Selain keselamatan, sisi kecepatan juga semakin berkembang dengan adanya punuk tersebut.

Pada pertengahan 1990-an ilmu aerodinamika balap motor semakin kuat dengan banyaknya riset di terowongan angin atau wind tunnel.

Peran punuk semakin terlihat penting dengan berbagai riset aerodinamika ini, terutama soal kerja samanya dengan helm dan posisi riding pembalap.

Baca Juga: Bikin Kejutan! Federal Oil Resmi Naik Kelas MotoGP Tahun Depan, Jadi Sponsor Gresini Racing Ducati

Aliran angin dari depan melewati helm dan punuk dengan posisi tertentu membuat pembalap semakin cepat saat melaju.

Sampai saat ini, punuk punya peranan lebih lagi di dunia balap.

Punuk jadi tempat diletakkannya beberapa peralatan penting, misalnya saja otak pengatur airbag, mengendalikan suhu baju balap, hingga tempat air minum.