"Ban yang mampu menyibak genangan air itu jenis HT, itu pun dengan kecepatan tertentu. Aquaplaning bisa semakin parah jika kondisi ban botak, penggunaan ban MT atau AT, ban kurang tekanan angin, kecepatan tinggi, reaksi agresif dari pengemudi, dan crosswind (angin dari arah samping)," ujar Sony.
Ia menilai, mengikuti kendaraan yang ada di depan dengan harapan slipstream atau berlindung adalah salah.
Pasalnya, masing-masing kendaraan memiliki karakter dan keseimbangan yang berbeda, dan faktor crosswind tidak pilih-pilih kendaraan karena datangnya tidak bisa ditebak.
Bicara soal kecepatan, Sony menyebutkan idealnya mengikuti aturan yang sudah ditentukan di jalan tol yakni 60-80 km/jam, dan 100 km/jam hanya saat mendahului dengan waktu maksimal 20-30 detik.
"Menyikapi ketika kondisi hujan, kurangi kecepatan kendaraan 10 km/jam dari yang sudah ditentukan, dengan tujuan mendapatkan grip yang maksimal ketika terjebak aquaplaning," imbuhnya.
Selain itu, agar tidak terjebak aquaplaning, Sony menyarankan untuk selalu cek kondisi ban sebelum mengemudi, jangan sampai kondisi ban botak, kurang angin, dan jangan salah pilih tapak ban.
"Ketika kondisi hujan dan jalan tergenang air, jangan mengemudi agresif, zig-zag, dan kasar dalam memutar setir. Kurangi kecepatan kendaraan sebelum masuk genangan air, tahan setir dan tidak melakukan pengereman," pungkas Sony.