Baca Juga: Pasca-kebakaran, Kilang Pertamina Balongan Kembali Beroperasi Normal
Teknologi ini berhasil mengubah kedua bahan baku tersebut menjadi etanol selulosa sekaligus mencapai hasil konversi yang baik.
"Hasil yang sangat baik ini sekali lagi menunjukkan fleksibilitas dan efisiensi platform teknologi sunliquid® kami untuk berbagai bahan baku lignoselulosa," lanjut Christian.
Terwujudnya proyek berbahan bakar nabati yang cangih dalam skala komersial, dapat membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil dan mengamankan pasokan energi nasional.
"Oleh karena itu, kami memperkuat portofolio bisnis kami dengan memproduksi bahan bakar yang ramah lingkungan seperti biodiesel, avtur ramah lingkungan dan bioetanol yang menggunakan sisa-sisa kelapa sawit yang melimpah di Indonesia," papar Andianto Hidayat, Vice President Downstream Research and Technology Innovation Pertamina.
"Lebih lanjut, kami menyambut pertumbuhan pesat energi bersih melalui pembangunan dua kilang ramah lingkungan dan mengoptimalkan sumber daya dalam negeri untuk menjamin kemandirian energi Indonesia," pungkasnya.
Baca Juga: Pertamina Resmikan SPBU Hub Pertama di Jawa Tengah? Ini Penjelasannya
Pada 2015, pemerintah Indonesia juga memperkenalkan target nasional untuk biofuel.
Amanat pengangkutan untuk bioetanol sebagai bagian dari Non Public Sector Service Obligation (PSO), menetapkan kandungan bioetanol 10 persen sebagai bahan tambahan bensin dan akan diterapkan dalam beberapa tahun ke depan.
Pertamina mempresentasikan hasil proyek tersebut di Hannover Messe yang diselenggarakan secara virtual pada 12-16 April 2021, dimana negara mitranya tahun ini adalah Indonesia.