Musim ini, tim maksimal hanya boleh mengeluarkan uang 145 juta dolas AS atau senilai Rp 2,12 triliun.
Namun dipastikan, gaji pembalap tidak dimasukkan dalam batasan anggaran belanja tim.
Meski begitu, beberapa pihak menilai bahwa gaji pembalap seharusnya dimasukkan ke anggaran belanja tim.
Baca Juga: Pangeran Philip Meninggal Dunia Dalam Usia 99 Tahun, Dua Tahun Lalu Mau Nyetir Mobil F1
Jadi ketika sudah mengeluarkan gaji pembalap terlalu banyak, tim akan lebih terbatas dalam mengeluarkan uang untuk keperluan lain.
Hal itu bisa membuat kompetisi semakin menarik karena tim yang uangnya banyak tidak bisa sebebas sebelumnya untuk mendominasi.
"Itu sangat krusial. Pengeluaran itu bisa dipakai merekrut staf lebih banyak dan untuk pengembangan teknis," kata Alain Prost, legenda balap F1 yang juga penasihat tim Alpine F1, seperti dilansir GridOto.com dari Planet F1.
"Bukan cuma membedakan, tapi uang bisa mendorong semuanya. Di masaku dulu, kejelian tiap tim soal uang juga membuat perbedaan. Pada saat itu, ketergantungan terhadap uang cukup kecil, kemudian datanglah pabrikan dengan sponsor besar, kami membuat tim yang besar yang sekarang sulit terlepas satu sama lain," jelasnya.