Arief berpendapat, para penjual kaca film mobil sebaiknya memiliki peralatan yang dapat membuktikan kadar masuknya sinar inframerah ke dalam kabin.
"Harusnya penjual punya alat test untuk melihat berapa persen sinar inframerah yang ditangkal kaca film. Jika kelihatan hasilnya cuma mampu misalnya 70 persen dan ekspektasinya di atas itu ya jangan dibeli, atau siap-siap terima risiko 30 persen masuknya sinar tersebut ke kabin," terang Arief.
Ia menuturkan, pemilik mobil juga bisa melakukan cara lain untuk membuktikan kualitas kaca film incarannya.
"Konsumen bisa melihat dan rasakan dengan tangan ketebalan dari kaca film tersebut, kalau yang tipis tentu kurang baik kualitasnya," sebut bos produk aftermarket merek Wealthy tersebut.
Baca Juga: Kaca Film ICE-µ Rikeguard, Ada Teknologi Antivirus dan Antibakteri, Harga Rp 2 Jutaan!
Arief menambahkan, sebaiknya hindari membeli kaca film yang mengandung metal, karena dapat mengganggu komunikasi dari perangkat elektronik.
"Biasanya lapisan film yang mengandung metalizing teksturnya sangat kaku, itu teknologinya jadul seperti kaca film 20 tahun lalu. Jadi cari kaca film yang mengandung nano ceramic karena tidak mengganggu sinyal komunikasi," ungkapnya.
Berikutnya, Arief menyarankan agar konsumen selalu mengutamakan kualitas kaca film ketimbang kadar gelap atau terangnya.
"Anggapan semakin gelap kaca film membuat kabin semakin sejuk juga salah. Jangankan yang gelap, kalau kaca film yang terang serta tidak berkualitas saja visibilitasnya jelek tentu akan bahaya buat mengemudi terutama pas malam hari," tutupnya.