Rasio gir yang tipis atau dengan kata lain kecil akan membuat akselerasi motor lebih 'njambak' tapi di sisi lain akan mengurangi top speed.
Jeda waktu pergantian gigi akan lebih cepat dalam kondisi ini atau dikatakan pembalap akan lebih cepat melakukan pergantian gigi karena rpm cepat naik.
Settingan ini sangat cocok untuk sirkuit yang trek lurusnya tidak terlalu panjang, misalnya di Misano.
Sementara rasio gir yang luas atau lebar membut top speed motor lebih maksimal dengan akselerasi yang lebih lemah.
Jeda waktu pergantian gigi akan lebih lama dibanding dengan yang rasio girnya tipis.
Cocok untuk sirkuit dengan trek lurus yang panjang seperti COTA atau Mugello.
Baca Juga: Davide Brivio ke Tim Alpine F1, Siapa Sosok Sepadan yang Siap Menggantikannya?
Selain itu, mekanik juga bisa mengombinasikan gir sesuai dengan yang diinginkan, sekali lagi tentu dengan perhitungan-perhitungan tertentu.
Data dari pembalap dan juga gaya balapnya akan ikut menentukan rasio gir motornya.
Bisa saja pergantian gigi bawah lebih cepat dan gigi atas lebih lambat atau sebaliknya, disesuaikan dengan kebutuhan tim.
Lebih jelasnya tonton nih video berikut ini