Tim Mercedes Dukung Pembekuan Mesin Lebih Awal, Tapi Peringatkan F1 Bisa Tamat Kalau Hal Ini Juga Diterapkan

Muhammad Rizqi Pradana - Minggu, 29 November 2020 | 16:07 WIB

Meskipun mendukung proposal pembekuan mesin lebih awal, tim Mercedes peringatakn F1 bisa tamat kalau hal ini juga diterapkan. (Muhammad Rizqi Pradana - )

GridOto.com - Pada awal akhir pekan balap F1 Bahrain 2020, muncul kabar bahwa tim Ferrari dan Renault mau mendukung usulan tim Red Bull soal pembekuan mesin lebih awal.

Namun, memajukan pembekuan mesin lebih awal ke musim F1 2022 juga memunculkan beberapa tantangan tersendiri.

Paling utama dan sedang ramai diperbincangkan adalah bagaimana jika ada satu atau beberapa mesin tertentu yang performanya tertinggal cukup jauh saat pembekuan tersebut dilakukan.

Tim Red Bull mengusulkan agar F1 memiliki metode untuk menanggulangi ketimpangan performa tersebut dibawah pengawasan FIA.

Baca Juga: Mick Schumacher Kecewa Tahun Depan Enggak Jadi Rekan Kimi Raikkonen di Tim Alfa Romeo

Ferrari pun memberikan beberapa usulan seperti peningkatan debit fuel-flow untuk menambah performa, atau memberikan produsen mesin terkait kesempatan untuk memperbaiki performa mesin mereka.

Toto Wolff selaku bos tim Mercedes mengatakan, pihaknya turut mendukung proposal pembekuan mesin lebih awal yang diajukan oleh Red Bull.

Namun ia  menolak mentah-mentah skema apapun yang dapat mengubah performa mesin tersebut selama pembekuan berlangsung.

“Hal tersebut (skema untuk memperbaiki ketimpangan performa) tidak ada bedanya dengan ‘Balance of Performance’ yang ada di seri balapan lain,” ujarnya dikutip dari The Race setelah sesi kualifikasi F1 Bahrain 2020 (28/11/2020).

Baca Juga: Gelar Balapan F1 di Malam Hari, Simak Fakta Menarik Soal Sirkuit Bahrain yang Terletak di Area Gurun Pasir

“Kalau benar dilakukan, saya pikir hal ini akan menjadi awal dari tamatnya F1,” imbuhnya.

Sekedar informasi, ‘Balance of Performance’ (BoP) merupakan metode yang digunakan dalam sebuah seri balap untuk mencegah terjadinya dominasi oleh satu tim atau produsen mobil.

BoP biasanya diimplementasikan dengan menambah beban, membatasi intake udara mesin, dan pembatasan lainnya untuk menjaga keseimbangan performa antara satu mobil balap dengan yang lain.

Mercedes AMG F1
Team principal & CEO Mercedes, Toto Wolff

Salah satu hal yang membuat Wolff tidak setuju dengan adanya skema ala BoP adalah unit daya F1 yang kompleks dan terikat kuat dengan desain mobil F1 itu sendiri.

“Unit daya F1 tidak hanya diukur dari tenaga puncaknya, tapi juga dari berat, kebutuhan pendinginan, serta kemudahan berkendara. Mustahil mengimplementasikan satu metode yang bisa mencakup seluruh aspek performa dari unit daya F1 modern,” jelasnya.

Baca Juga: Lewis Hamilton Raih Pole Position ke-98 di F1 Bahrain 2020, Ini Daftar Rekor Pemegang Pole Position di F1

Terlebih lagi, ia mengatakan bahwa implementasi BoP berisiko membuat para tim akan mendesain unit daya mereka untuk menyelewengkan sistem tersebut.

“Risikonya adalah para tim akan memproduksi mesin yang didesain untuk memperbaiki karakteristik tertentu dari mobil F1 mereka, dan bergantung pada BoP untuk menjaga agar mereka tetap kompetitif dengan rival-rivalnya,” jelas Wolff.

“Lagipula, saya tidak percaya suatu produsen mobil yang percaya diri dengan kemampuan mereka akan menginginkan sebuah sistem yang dapat menyeimbangkan performa,” imbuh pria berkebangsaan Austria tersebut.

“Saya pikir mereka tidak akan menerima dihina secara terang-terangan seperti itu,” pungkasnya.