GridOto.com - Dapat pilihan warna baru yang enggak ngebosenin, jadi penasaran dong harga Honda ADV150 di Jawa Tengah terhitung September 2020 ini?
Dua warna baru ini untuk Skutik ALTO (Skuto) Honda ADV150 versi ABS yaitu Tough White Gold dan Tough Matte Black Gold.
Perbedaan yang paling jelas kelihatan dari peleknya yang jadi warna emas. Ngejreng banget ya!
Tapi tenang, untuk versi CBS juga dapat satu warna baru yaitu Advance White Black untuk melengkapi tiga pilihan warna yang sudah ada sebelumnya.
Baca Juga: Spesifikasi Honda ADV150 2020 di Malaysia Jelas Mirip Versi Indonesia, Tapi Harganya Kok Segini?
Direktur Marketing AHM Thomas Wijaya mengatakan untuk memenuhi permintaan para pecinta skutik adventure yang menyukai kebebasan dalam berkendara, AHM memperkenalkan varian warna baru sebagai upaya memberikan beragam pilihan untuk konsumen.
“AHM berusaha menemani konsumen agar dapat menikmati kondisi beragam jalan yang ada di Indonesia dengan berkendara yang menyenangkan. Dengan menghadirkan pilihan warna baru pada Honda ADV150, kami ingin semakin memberikan kebanggaan bagi para pengendaranya ditemani desain terbaik dan beragam fitur canggih yang kami sematkan pada model ini,” ujar Thomas Wijaya.
Jangan kaget deh, sebab harga OTR Honda ADV150 di Jawa Tengah untuk versi ABS sudah nyaris Rp 40 juta.
Tepatnya, harga Honda ADV150 versi ABS di Jawa Tengah adalah Rp 37,76 juta.
Ada perbedaan harga sebesar Rp 3 jutaan dari versi CBS-nya yang dijual seharga Rp 34,73 juta nih Sob!
Oh iya, GridOto.com pernah nih mencoba jajal Honda ADV150 pinjaman Astra Motor Jateng buat lintas Jawa Tengah - Jawa Barat tahun 2019 kemarin nih...
Bukan buat uji performa kenceng-kencengan atau irit-iritan, justru GridOto.com ngetes seberapa boros Honda ADV150 kalau digas keluar kota dengan keadaan sebenarnya.
Melihat data spesifikasi, skuto (Skutik ALTO) Honda ADV150 dibekali dengan tangki BBM sebesar 8 liter.
Sekalian berakhir pekan, iseng saja penulis bawa jalan jauh Honda ADV150 CBS warna hitam yang berhasil 'diculik' dari kandang Astra Motor Jateng di Semarang dan digas menuju Kota Bandung.
Tapi pertama, BBM diisi dulu di SPBU 44.501.23 Kota Semarang hingga kapasitas maksimalnya.
Kemudian penulis langsung saja ngegas ke arah Barat. Start pengetesan dilakukan sore hari pukul 14:38 WIB. Pantura lagi panas-panasnya tuh!
Oh iya, penulis sebagai tester punya postur 164 cm dan bobot 47 kg. Kelas capung ya... Hehehe...
Jujur saja dalam pengetesan ini enggak ada maksud buat irit-iritan, justru malah lebih penasaran seboros apa Honda ADV150 jika dipakai stop n go hingga digeber top speed di rute jarak jauh alias turing sebenarnya.
Makanya rute Pantura dari Semarang dipilih buat jajal digeber di trek lurus, lalu jika masih ada sisa BBM belok ke selatan masuk arah Sumedang buat digas di trek yang menanjak dan meliuk-liuk.
Memulai perjalanan dari Semarang melewati Kaliwungu, Kendal, dan Weleri bisa jalanan cukup lengang sehingga motor bisa digas terus dengan konstan di kecepatan 100 Km/jam (on spidometer).
Namun yang jadi sedikit kendala adalah angin pantura yang kencang sehingga bikin nyali ciut buat geber gaspol, padahal Honda ADV150-nya terbilang stabil.
Tapi ya balik lagi, ini sih faktor ukuran testernya yang sudah goyang orakarukaruan mau dijambak angin.
Niatnya baru mau ketemu tanjakan dan tikungan di area Kadipaten hingga Sumedang, eh di Alas Roban malah salah belok masuk jalur lama, udah ketemu tanjakan dan tikungan tuh, hehehe...
Dengan kecepatan konstan antara 90-100 Km/jam plus stop and go kalau mau menyusul truk, penulis sudah sampai di Pekalongan pukul 16:02 WIB.
Konsumsi BBM real time di panel instrumen menunjukkan 1 : 37,3. Bisa jadi karena keseringan gaspol makanya bisa terbilang boros tuh.
Setelah beristirahat sejenak penulis lanjut ke arah Cirebon. Kecepatan enggak sekencang sebelumnya karena risiko jalan ke arah Barat sore-sore, sinar matahari langsung menusuk mata. Silau!
Selain silau, yang bikin enggak bisa kencang karena ruas jalan di antara Pekalongan hingga Pemalang jujur saja bisa dibilang reyot bergelombang yang untungnya masih bisa diatasi dengan suspensi standar Honda ADV150.
Di Brebes, beberapa ruas jalan sedang ada perbaikan dengan dicor sehingga jalanan jadi padat merayap.
Makanya, penulis baru sampai Losari, Cirebon pukul 19:09 WIB. Setelah 190-an Km, terlihat indikator BBM tinggal 4 bar.
GridOto kayak dapat remedial nih kalau melihat indikator rata-rata BBM jadi 1:40,5. Jadi makin penasaran nih sampai mana ya mentoknya?
Setelah beristirahat sekitar setengah jam, perjalanan kembali lanjut sesuai rencana. Selepas Palimanan, jalanan ke arah Sumedang-Bandung berbeda jauh dengan rute utama Pantura yang ramai.
Masuk jalanan yang sempit dan gelap dari Palimanan hingga Kadipaten, cahaya dari penerangan utama LED Honda ADV150 bisa dibilang cukup.
Akhirnya momen yang ditunggu-tunggu tiba, indikator BBM Honda ADV150 mulai kedip-kedip minta isi BBM saat masuk daerah Nyalindung, Sumedang sekitar pukul 21:00 WIB.
Normalnya kalau indikator BBM kedip-kedip sudah waktunya cari SPBU, tapi karena keperluan pengetesan dan penasaran, coba saja lanjut dan berdoa dalam hati semoga enggak sampai mogok.
Untung deh, ketemu SPBU saat jelang masuk Sumedang Kota. Saat diisi BBM penuh (metode top up), terisi 7,670 liter.
Itu berarti sisa BBM di tangki tinggal 330 ml dan kalau kekeuh enggak ngisi BBM, fix deh jelang masuk Cadas Pangeran bakalan mogok tuh!
Jadi kejawab deh, konsumsi Honda ADV150 digeber dari full tank dari Semarang, bisa mentok sampai Sumedang yang setara dengan 307,8 km.
Oh iya dengan kondisi jalan yang beragam dan kondisi ngegas yang enggak dikontrol, terhitung konsumsi BBM rata-rata di panel instrumen sebesar 1:42,3.
Tapi kalau dihitung manual pakai kalkulator sih, ternyata 1 liter BBM bisa buat 40,1 Km dengan memperhitungkan sisa BBM di tangki.
Jadi irit apa boros? Biar sobat saja deh yang kasih kesimpulannya...