GridOto.com - Penyakit yang sering dialami mesin motor sport besutan Honda adalah tensioner atau tonjokan keteng yang lemah, salah satunya CBR250R.
Namun, CBR250R generasi pertama ini diakui memiliki daya tahan part yang lebih kuat ketimbang seri CBR generasi terbaru.
Wawan Setiawan, pemilik bengkel spesialis Honda CBR WMC Racing mengatakan, bahwa CBR250R CBU Thailand ini sebenarnya penyakitnya sama dengan mesin generasi terbaru yang saat ini sudah diproduksi lokal.
"CBR150R, CB150R, Sonic 150R, dan Supra GTR 150, keluhannya sama seperti itu (tensioner lemah)," kata Wawan kepada GridOto.com di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (17/7/2020).
Baca Juga: Seken Keren: Calon Pembeli Honda CBR250R Harus Tahu, Part Ini Lebih Sering Minta Ganti
"Cuma daya tahan part kualitas impor CBR250R ini memang lebih awet, bukan berarti yang lokal jelek ya," sambungnya.
Adapun, cara mendeteksi tonjokan keteng yang mulai melemah sangat mudah.
"Kalau mesin kondisi dingin, begitu dihidupkan dia berisik klotok-klotok. Nanti begitu panas dia hilang, itu tensioner sudah lemah," sebutnya.
"Untuk CBR250R CBU Thailand sebenarnya sama gejalanya, cuma durability jauh lebih awet dibanding motor lokal," sambung Wawan.
Baca Juga: Seken Keren: Mau Meminang CBR250R CBU? Harga Setara Skutik 125 cc Baru
Saat ini, motor sport fairing 250 cc asal Negeri Gajah Putih ini dibanderol sekitar Rp 20 jutaan.
"Tapi memang CBR250R satu silinder ini bisa dibilang sudah murah, soalnya saya beli baru tahun 2011 itu Rp 52 juta. Sekarang pasarannya Rp 20 juta, itu turunnya sudah 60 persen lebih," kata pria yang ahli soal seri Honda CBR itu.
Ia menambahkan, harga yang jatuh itu disebabkan karena biaya spare partnya yang mahal karena diimpor dari Thailand.
"Perawatan memang lumayan mahal, terus enggak banyak yang jual spare partnya, jadi otomatis harga jual rendah," ucapnya.
"Pokoknya calon konsumen jangan sampai dapat motor yang kurang bagus, karena ada yang beli motor ini murah, tapi biaya perawatan hampir seharga belinya," pungkas Wawan.