GridOto.com - Pandemi Covid-19 telah mengubah seluruh tatanan di MotoGP.
Semua unsur dirugikan akibat balapan yang dibatalkan dan dibatalkan.
Selain soal ekonomi, banyak masalah teknis yang muncul di tahun 2020 ini.
Misalnya start mundur, kalender direvisi, pengurangan balapan, bursa pembalap, sponsorship, pemberlakuan beberapa aturan baru, dan banyak lainnya.
Baca Juga: Orang Kulit Hitam Dimasukkan ke Kandang Burung, Lewis Hamilton Terus Mengecam Rasisme
Namun tim Ducati merasa paling dirugikan akibat pandemi ini.
Hal itu karena beberapa pembatasan pengembangan motor yang diberlakukan untuk mencegah pengeluaran besar tim.
Sebagai pabrikan yang sekarang sering berinovasi, hal ini seolah mengkebiri Ducati.
"Kami adalah pabrikan paling inovatif, semua tahu itu. Dengan pembatasan biaya ini akan semakin sulit," kata Gabriele Conti, kepala elektronik Ducati Corse, dilansir GridOto.com dari Corsedimoto.com.
"Kau tahu, kau sudah mencoba semuanya, karena kau punya kesempatan sekali aja. Dan dengan lebih banyak data kami lebih aman," jelasnya.
Ducati tentu tidak akan sesering biasanya membawa part-part baru di tiap balapan.
Padahal part-part baru Ducati juga menjadi salah satu daya tarik MotoGP.
"Kadang jika kau lebih kreatif dari lainnya, akan lebih mudah berinovasi dengan kebebasan. Tapi dengan batasan-batasan ini, kau bisa lihat apa yang bisa di dapat," ungkap direktur teknis Ducati, Davide Barana.
"Yang paling bikin kesal adalah kau berinovasi tapi itu dilarang untukmu," jelasnya.
Meski banyak batasan, ada beberapa area yang lebih dibebaskan dalam pengembangan.
Misalnya bagian roda depan, dimana tidak ada batasan untuk part-part baru untuk dikembangkan, terutama soal aerodinamika.
Di saat Ducati mengeluhkan batasan inovasi, pabrikan Jepang terancam tak bise membawa mekanik andalannya ke balapan MotoGP 2020.
Larangan bepergian di Jepang membuat Yamaha, Honda, dan Suzuki, kehilangan sebagian mekaniknya.