GridOto.com - Setelah dilarang mengangkut penumpang, kini driver ojek online motor kembali boleh membawa penumpang orang, dengan catatan harus memenuhi protokol kesehatan Covid-19.
Lantas, dari sudut pandang kesehatan, bolehkah masyarakat menggunakan ojek online untuk beraktivitas sehari-hari?
Menanggapi ini, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Andi Khomaini, menyatakan hal yang paling penting adalah mulai menerapkan kebiasaan hidup sehat seperti memakai alat pelindung diri (APD) berupa masker dan penutup wajah setiap keluar rumah.
Ia menekankan, masing-masing pihak baik driver ojol dan konsumen, harus memiliki kesadaran bahwa ia bisa saja menularkan penyakit ke orang lain, meski tanpa gejala sekalipun.
Baca Juga: Dokter Berikan Tips Naik Ojol Saat Pandemi Covid-19, Ngasih Uangnya Biasa Aja Enggak Perlu Dilempar
"Kalau kalian merasa sakit, entah itu driver atau penumpang, itu harus tanggung jawab supaya tidak menularkan ke orang lain," ucap pria yang akrab disapa dr. Koko ini saat acara talkshow virtual, Sabtu (13/6/2020).
"Bukan cuma Covid-19 ya, tapi virus atau penyakit lainnya juga sama. Jadi mereka harus benar-benar jaga diri, kalau merasa kurang fit harus batasi interaksi. Itu penting," lanjutnya.
Ia menambahkan, dengan membatasi diri selama kondisi badan kurang fit, maka risiko penularan penyakit akan semakin menurun.
Dr. Koko menambahkan, penyedia aplikasi ojek online harusnya memiliki fitur yang memungkinkan driver atau pelanggan memberikan informasi terkini soal kondisi tubuhnya.
Tentunya, driver dan pelanggan harus memberikan informasi dengan jujur demi kebaikan bersama, serta demi kebaikan banyak orang.
"Driver atau penumpang harus sama-sama merasa sehat (sebelum melakukan perjalanan). Cukup merasa sehat aja, karena kan dia gak bisa test swab dan PCR setiap hari. Jadi kalau mereka merasa sehat, risiko penularan akan bisa diturunkan lagi," ucapnya.
Baca Juga: Dirlantas Polda Jatim Kasih Syarat Kalau Mau Boncengan Pakai Motor di Surabaya dan Malang Raya, Apa Saja?
Lebih lanjut, dr. Koko juga mengatakan, penggunaan ojol ataupun aktivitas di luar rumah lainnya hanya dilakukan dalam keadaan yang penting.
"Kalaupun terpaksa keluar, masyarakat harus membatasi jumlah interaksi selama di luar. Jadi keluar rumah itu benar-benar untuk mengerjakan suatu urusan yang harus dikerjakan, bukan untuk nongkrong dan lain-lain," imbuhnya.