GridOto.com - Pemerintah tengah menyiapkan sejumlah aspek untuk menjalankan kehidupan 'new normal', yang berarti masyarakat akan berdampingan dengan Virus Covid-19.
Djoko Setijowarno selaku pengamat transportasi, mengaku ragu dengan kesiapan transportasi publik dalam menghadapi new normal, terutama di jam-jam sibuk.
"Kalau new normal diterjemahkan sebagai semuanya masuk kerja dengan jadwal seperti kondisi sebelum pandemi, bisa dipastikan kapasitas angkutan umum massal di Jabodetabek tidak dapat menjamin pelaksanaan physical distancing," ucap Djoko dalam keterangan resminya, Minggu (31/5).
Djoko juga mengaku sangsi pemerintah mampu menambah armada transportasi umum di jam sibuk.
Baca Juga: Sambut New Normal, GAIKINDO Apresiasi Kemenperin yang Terbitkan IOMKI
"Misalnya KRL pada jam-jam sibuk, tentu tidak mungkin menambah kapasitas pada saat itu agar tercapai setiap kereta hanya maksimal 35 persen dan seluruh penumpang terangkut. Bahkan 50 persen saja mungkin sudah sangat berat," terang Djoko.
Pengalihan penumpang KRL ke moda transportasi lain seperti bus, juga dinilai tidak akan efektif.
Alasannya, tarif bus tentu lebih mahal dari KRL, dan waktu perjalanannya juga relatif lebih lama.
"Besaran tarifnya harus disesuaikan dengan KRL, ini siapa yang akan memberikan subsidi?" ungkapnya.
Baca Juga: GARDA Indonesia Siapkan Partisi Untuk Rider Ojol dan Sedang Incar Standar ISO, Harganya di bawah 100 Ribu
Ia memprediksi, pengguna transportasi umum banyak yang beralih ke transportasi pribadi seperti mobil dan motor.
Menurut akademisi Unika Soegijapranata ini, hal tersebut akan membuat kondisi lalu lintas makin padat.
Oleh sebab itu, Djoko menyarankan para perusahaan menyediakan angkutan antar-jemput untuk para penumpangnya.
"Ini agar terjamin protokol kesehatan, terutama soal aturan physical distancing," imbuhnya.