GridOto.com - Ada satu pembalap yang menyebut mobil Ferrari 'sampah' lalu berhasil menjadi juara dunia F1 bersamanya.
Dialah mendiang Niki Lauda, legenda F1 yang meninggal tahun lalu.
Niki Lauda putra seorang pengusaha besar di Austria, namun tak mau mengukuti jejak orang tuanya sebagai pengusaha, tapi ingin jadi pembalap.
Kisah ini dimulai dari awal karir Niki Lauda di F1 dengan tim March pada Mei 1972.
Tapi sayangnya di tahun itu juga, tim itu mengalami kebangkrutan.
Baca Juga: F1 Prancis Sebagai Seri Pembuka Balap F1 2020 Terancam Gagal Digelar
Niki Lauda yang tidak memiliki apa-apa selain kemampuan balap tidak memiliki pilihan selain tetap berada di dunia balap.
Tahun 1973, Niki Lauda bergabung bersama tim BRM dan memiliki balapan yang rumit bersama mereka tetapi memiliki hasil cukup baik.
Ferrari yang saat itu tidak pernah memenangkan juara dunia setelah John Surtees di 1964, tertarik dengan Niki Lauda ini.
Tahun 1974, Ferrari mengambil Niki Lauda dari tim BRM dan menjadikannya pembalapnya.
Setelah tes pertama di 1974 dengan Ferrari 312, Niki Lauda berkata pada Enzo Ferrari bahwa mobil itu 'sampah'.
Tetapi Niki Lauda berjanji padanya bisa membuatnya menjadi mobil hebat.
Niki Lauda sendiri memang punya skill teknis yang bisa membuat mobil Ferrari lebih baik lagi.
Di musim 1974 itu, Niki Lauda berhasil meningkatkan performanya bersama Ferrari dan melaju di posisi ke-4 klasemen.
Baca Juga: Dihukum 18 Bulan Karena Doping, Andrea Iannone Bisa Kembali ke Ducati?
Tahun 1975, dengan Ferrari 312T Niki Lauda berhasil menjadi juara dunia bersama Ferrari.
Setahun setelahnya, Niki Lauda kembali memenangkan lima balapan dan sepertinya menjadi juara dunia lagi.
Namun kejadian tak terduga terjadi.
Di F1 Jerman 1976 Niki Lauda mengalami kecelakaan dan mobilnya terbakar.
Niki Lauda tiba di rumah sakit dengan luka bakar tingkat tiga di kepala dan pergelangan tangan, beberapa tulang patah, dan paru-paru hangus karena menghirup asap.
Niki Lauda hampir dinyatakan meninggal, tetapi dia berhasil mengejutkan dokter.
Enam minggu kemudian, dengan darah masih merembes dari perban di kepalanya Niki Lauda menempati posisi ke-4 di F1 Italia.
Pada Oktober 1976, di F1 Jepang terjadi hujan lebat.
Baca Juga: Lewat Balapan Virtual, Valentino Rossi Ajak Penggemar MotoGP Untuk Tetap Berada di Rumah
Niki Lauda memutuskan itu terlalu berbahaya untuk balapan dan dia mundur, dan mengakhiri perebutan gelar juaranya dengan rivalnya, James Hunt.
Di Italia, beberapa mengatai Niki Lauda sebagai pengecut.
Bahkan Enzo Ferrari memiliki keraguan dan membuat rencana untuk menggantikannya.
Niki Lauda pun bereaksi dengan menjadi juara dunia di 1977, dia memenangkan gelar sebagai bentuk balas dendam.
Setelah merebut gelar juara dengan dua balapan tersisa (Kanada dan Jepang), Niki Lauda memutuskan melewatkan dua balapan itu.
Niki Lauda mengatakan pada Enzo Ferrari dia keluar dari Ferrari.
Enzo Ferrari mengatainya sebagai pengkhianat karena pindah ke tim Brabham Bernie Ecclestone.
Keluarnya Niki Lauda dari Ferrari tidak memberinya gelar juara lagi.
Baca Juga: Daniel Ricciardo Siap Dukung Keputusan FIA Soal F1 Musim 2020
Setelah itu Niki Lauda memutuskan membuat perusahaan penerbangannya sendiri, Lauda Air.
Sebagai seorang pembalap, Niki Lauda tidak bisa jika tidak berada di atas mobil balap.
Tahun 1982 Niki Lauda bergabung bersama McLaren.
Tahun 1984 Niki Lauda mendapatkan gelar juara duniannya yang ke-3 dan akhirnya pensiun setelah musim 1985 berakhir.
Setelahnya Niki Lauda pernah bekerja sebagai penasihat untuk Ferrari, kepala tim Jaguar, dan komentator televisi, sampai jadi petinggi di tim Mercedes F1 yang sukses selama beberapa tahun terakhir.
Beberapa kisah Niki Lauda dan rivalnya, James Hunt, bisa ditonton dalam film Rush sob.