Niki Lauda tiba di rumah sakit dengan luka bakar tingkat tiga di kepala dan pergelangan tangan, beberapa tulang patah, dan paru-paru hangus karena menghirup asap.
Niki Lauda hampir dinyatakan meninggal, tetapi dia berhasil mengejutkan dokter.
Enam minggu kemudian, dengan darah masih merembes dari perban di kepalanya Niki Lauda menempati posisi ke-4 di F1 Italia.
Pada Oktober 1976, di F1 Jepang terjadi hujan lebat.
Baca Juga: Lewat Balapan Virtual, Valentino Rossi Ajak Penggemar MotoGP Untuk Tetap Berada di Rumah
Niki Lauda memutuskan itu terlalu berbahaya untuk balapan dan dia mundur, dan mengakhiri perebutan gelar juaranya dengan rivalnya, James Hunt.
Di Italia, beberapa mengatai Niki Lauda sebagai pengecut.
Bahkan Enzo Ferrari memiliki keraguan dan membuat rencana untuk menggantikannya.
Niki Lauda pun bereaksi dengan menjadi juara dunia di 1977, dia memenangkan gelar sebagai bentuk balas dendam.
Setelah merebut gelar juara dengan dua balapan tersisa (Kanada dan Jepang), Niki Lauda memutuskan melewatkan dua balapan itu.
Niki Lauda mengatakan pada Enzo Ferrari dia keluar dari Ferrari.
Enzo Ferrari mengatainya sebagai pengkhianat karena pindah ke tim Brabham Bernie Ecclestone.
Keluarnya Niki Lauda dari Ferrari tidak memberinya gelar juara lagi.
Baca Juga: Daniel Ricciardo Siap Dukung Keputusan FIA Soal F1 Musim 2020
Setelah itu Niki Lauda memutuskan membuat perusahaan penerbangannya sendiri, Lauda Air.
Sebagai seorang pembalap, Niki Lauda tidak bisa jika tidak berada di atas mobil balap.
Tahun 1982 Niki Lauda bergabung bersama McLaren.
Tahun 1984 Niki Lauda mendapatkan gelar juara duniannya yang ke-3 dan akhirnya pensiun setelah musim 1985 berakhir.
Setelahnya Niki Lauda pernah bekerja sebagai penasihat untuk Ferrari, kepala tim Jaguar, dan komentator televisi, sampai jadi petinggi di tim Mercedes F1 yang sukses selama beberapa tahun terakhir.
Beberapa kisah Niki Lauda dan rivalnya, James Hunt, bisa ditonton dalam film Rush sob.