Baca Juga: Charles Leclerc Berhasil Menang di Seri Kedua Balapan Virtual Formula 1
“Contohnya, pedal.rem di simulator saya punya respon yang berbeda ketika diinjak keras-keras atau diinjak perlahan, jadi seperti rem hidrolik betulan,” jelas pria yang sudah hobi sim racing sejak tahun 2000an awal itu.
Hardware tadi juga didukung oleh simulasi handling mobil yang realistis dari program-program khusus untuk sim racing seperti rFactor 2, iRacing, atau Automobilista.
Selain itu, program-program tersebut juga tidak memiliki keringanan yang diberikan oleh game balap.
“Gran Turismo atau F1 2019 itu hitungannya masih game meskipun cukup realistis, karena masih ada pemaafan-pemaafan seperti kalau nabrak tembok mobilnya nggak apa-apa, atau cara mengemudi mobilnya dibuat lebih simpel,” jelasnya.
Hal-hal itulah yang membuat sim racing menjadi tempat berlatih yang populer bagi para pembalap di saat-saat seperti ini.
Baca Juga: Lando Norris Mengaku Lebih Grogi Saat Balapan Virtual Dibanding F1 Sesungguhnya
“rFactor sendiri dulunya dipesan oleh tim Formula 1 sebagai program untuk setting mobil dan latihan, jadi tidak heran kalau skill yang didapat dari simulator bisa diaplikasikan di dunia nyata dan sebaliknya,” ujar Irvan.
Pria yang juga membawahi Komisi Digital Motorsport IMI itu menambahkan, sim racing juga berguna bagi mereka yang ingin mencoba balapan tapi terhalang modal.
Mengingat balapan bukanlah sesuatu yang murah, dan cari sponsor untuk balap betulan juga agak sulit di Indonesia.
“Tapi sekarang sim racing pun sudah nyaris tidak ada bedanya dengan balap asli, kejurnas bahkan kejuaraan dunia dari FIA untuk sim racing juga sudah ada,” tuturnya.
“Bedanya hanya tidak ada g-force saja, tapi setidaknya adaptasi untuk balapan di dunia nyata akan lebih mudah karena dasar-dasarnya sudah dipelajari di simulator,” pungkasnya.