"Selain itu ada lubang atau sambungan yang renggang di jembatan tol yang bisa merusak pelek, terutama yang melindasnya dalam kecepatan tinggi," ungkapnya.
"Tol Cawang juga kalau hujan terdapat genangan air di lajur tol, karena drainasenya mampet. Ini juga bisa membahayakan pengendara," bebernya.
Sebelum penyesuai tarif tol dalam kota hingga 33 persen, menurut Willy, untuk masyarakat juga sudah tinggi.
(Baca Juga: Warna Merah Timeless & Mahal, Nilai Kebanggaan Yang Jadi Faktor Terbentuknya Red Car Community of Indonesia (RCCI))
"Harga tol sebelum 31 Januari 2020 itu sebenarnya sudah tinggi," sebutnya.
"Jadi yang ada sekarang ini harga tol tinggi tapi infrastruktrurnya gak memuaskan. Ini semacam win lost solution, bukannya win-win Solution," tutur Willy Cabe.
Ia menambahkan, harusnya kualitas jalan dan infrastruktur tol bisa sebaik di Malaysia atau Singapura.
"Dibandung tol Cawang, di dua negara itu jauh lebih baik dari sisi kualitas aspal, sistem drainase dan kualitas sambungan untuk jembatan yang berada di tol. Jadi seharusnya kualitas tol di sini juga harus ditingkatkan dulu sebelum naik harganya," tutup Willy.
Lihat postingan ini di InstagramSebuah kiriman dibagikan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk (@official.jasamarga) pada