Buat yang enggak terlalu mengerti, mesin Yamaha RX-Z mungkin disangka sama dengan mesin RX-King karena sama-sama disebut 135 cc.
Kalau mengintip jeroannya, Yamaha RX-Z punya bore 56 mm dan stroke 54 mm sehingga berkubikasi bersih 133 cc.
Sedangkan Yamaha RX-King punya bore 58 mm dan stroke 50 mm dengan kubikasi bersih 132 cc.
Makanya Yamaha RX-Z dan RZR lebih cocok digeber di trek panjang powernya berada di putaran atas, apalagi jumlah giginya sudah 6.
Semakin berkembang, pada tahun 1994 Yamaha RZR menggunakan dual shockbreaker dengan tabung gas untuk suspensi belakang.
Berlanjut pada tahun 1999, Yamaha RX-Z dan RZR tidak diproduksi lagi dan diganti dengan Yamaha TZM, untuk Indonesia loh ya.
Tapi ada cerita dibalik produksi motor ini di Indonesia menurut ketua CROSS (Club RX-Z/RZR Otosport Solo) saat berbincang dengan GridOto.com beberapa waktu lalu.
(Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu, Ini Sejarah Yamaha RX Series di Indonesia)
"Banyak yang bilang motor ini termasuk produk gagal, tapi sebenarnya gagalnya bukan karena motornya jelek, tapi gagal di pemasaran," ujar Purwo, ketua CROSS Solo.
"Karena pada saat itu RX-Z dan RZR termasuk motor mahal di masanya," tambahnya.
Beda hal dengan Malaysia, Yamaha RX-Z produksinya masih berlanjut, bahkan tahun 2004 model facelift hadir dengan lampu belakang dipinjam dari Y125 Z.
Selain itu Yamaha RX-Z tahun 2004 sudah dilengkapi dengan catalyzer dan juga mendapatkan sertifikat EURO 2 namun tenaganya ngedrop jadi sekitar 20 dk.
Balik lagi ke Indonesia, kalau mengintip situs jual beli online, rata-rata Yamaha RX-Z memang harganya di bawah Yamaha RX-King.
Untuk kondisi protolan alias seada-adanya, masih ada yang menjual di angka Rp 4-5 jutaan.
Malah ada yang berani melepas Yamaha RX-Z dengan kondisi rapi namun kondisi pajak mati di rentang Rp 10 jutaan.
Namun buat yang kondisinya rapi jali, mesin masih cilong, surat-surat lengkap plus pajak hidup, jangan heran kalau harganya di atas Rp 15 jutaan, bahkan tembus Rp 20 jutaan.
Berani nawar harga segitu demi nostalgia masa muda?