"Setelah memilih jalan keutamaan (Marga Utama), hendaklah ikuti ajaran wali dan jadilah wali dengan menyebarkan ajaran para wali, sebagaimana pengembara yang berjalan untuk menerangi kehidupan umat manusia," lanjut penjelasan dalam buku tersebut.
Jalan Malioboro membentang mulai dari perbatasan rel kereta api yang ada di Stasiun Tugu Yogyakarta menuju ke selatan hingga perempatan pecinan Malioboro atau Toko Batik Terang Bulan.
Tak hanya sampai disitu, tahapan manusia di dunia masih dilanjutkan dengan adanya Jalan Marga Mulya yang berada di selatan Jalan Malioboro.
(Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu, Ini Bedanya Marka Jalan Warna Kuning dengan yang Putih)
Makna dari jalan Marga Mulya ialah Jalan Kemuliaan.
Sehingga kalau diurut, ketiga jalan yang membentang dari Tugu Pal Putih ke selatan (Jalan Marga Utama, Jalan Malioboro dan Jalan Marga Mulya) memiliki makna bahwa setelah menemukan keutamaan hidup dan mengajarkan kebaikan menurut ajaran wali maka akan diperoleh jalan kemuliaan.
Namun dari ketiga jalan ini, ada satu hal yang identik yakni ditanamnya vegetasi pohon Gayam dan Pohon Asem Jawa di sepanjang pinggir jalan ketiganya yang memiliki makna Ayom (mengayomi) dan Nengsemake (menawan).
Belum banyak yang tahu, kan?
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul TRIBUNNEWSWIKI: Filosofi Jalan Malioboro yang Belum Banyak Orang Tahu