Blak-blakan Iskandar Abubakar: Skala Prioritas Transportasi Berubah, Kendaraan Pribadi Jadi Apa?

Muhammad Rizqi Pradana - Senin, 25 November 2019 | 18:50 WIB

Iskandar Abubakar, Ketua Unsur Pakar Transportasi Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) (Muhammad Rizqi Pradana - )

GridOto.com - Kalau merasa jalanan Jakarta menjadi lebih macet daripada biasanya akhir-akhir ini, hal itu tidaklah salah.

Karena untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah DKI Jakarta pun melakukan banyak pembangunan.

Seperti perluasan trotoar di berbagai wilayah, pembuatan jalur sepeda, dan pembangunan Light Rail Transit (LRT).

Lha, bagaimana bisa pembangunan-pembangunan tersebut mengurai macet? Kan enggak ada hubungannya dengan jalan?

(Baca Juga: Blak-blakan Direktur Sarana Transportasi Jalan Kemenhub: Mobil Modifikasi Wajib Diuji Tipe!)

Iskandar Abubakar, selaku Ketua Unsur Pakar Transportasi Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) mengatakan, bahwa pembangunan tersebut sesuai dengan skala prioritas yang dimiliki Gubernur Jakarta.

“Orang yang paling penting adalah jalan kaki, yang kedua adalah sepeda, yang ketiga itu angkutan umum, baru yang keempat angkutan pribadi,” buka Iskandar kepada GridOto.com di kantornya (25/11).

Iskandar juga menjelaskan, bahwa skala prioritas tersebut diakibatkan oleh perpindahan konsep pola kota menuju Transit Oriented Development (TOD).

Dalam TOD, pengembangan akan dipusatkan pada stasiun-stasiun dengan cara membangun kawasan terpadu.

“Jadi ada tempat tinggal, tempat kerja, sekolah, dan rumah sakit juga, jadi semua itu bisa dilakukan di kawasan itu,” imbuhnya.

Pemusatan pembangunan dilakukan untuk mempersingkat jarak yang harus ditempuh penduduk.

Sehingga masyarakat diharapkan akan lebih memilih untuk berjalan kaki ataupun menggunakan sepeda, ketimbang menggunakan mobil ataupun motor.

Lebih lanjut, Iskandar mengatakan bahwa menaikkan tarif parkir bisa menjadi salah satu pilihan.

(Baca Juga: Blak-blakan Bosch: Produknya Kerap Dinilai Mahal, Dilema Daya Beli dan Kualitas)

Pradana/GridOto.com
Iskandar Abubakar, Ketua Unsur Pakar Transportasi Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ)

“Tarif parkir yang tinggi ini dimaksudkan agar orang kalau mau melakukan perjalanan singkat itu pakai sepeda aja,” jelas Iskandar.

“Bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa kalau TOD diterapkan tidak perlu lagi disiapkan lahan parkir, biar mereka jalan kaki,” imbuhnya.

Lantas apa peran kendaraan pribadi jika penggunaannya dibatasi habis-habisan dalam era pembangunan berbasis TOD ini?

Iskandar menjelaskan, bahwa kendaraan pribadi akan tetap memiliki tempat, hanya saja tidak akan menjadi moda utama seperti saat ini.

“Kendaraan pribadi lama-kelamaan tidak akan lagi jadi moda transportasi, tapi lebih untuk rekreasi,” pungkasnya.