Namun, surat edaran tersebut sudah ditarik dan dicabut.
(Baca Juga: Jawa Timur Krisis Solar, Warga Mojokerto Sampai Rela Cari Hingga Blitar)
"Tapi hal itu membuat panic buying oleh masyarakat. Mereka yang membeli BBM dalam jumlah normal, karena panik maka mereka membeli dalam jumlah yang melebihi kebutuhan."
"Itu yang membuat akhirnya ada kelangkaan di titik-titik tertentu," tegas Werry Prayogi.
Pasalnya, ada SE No /3865.E/KA.BOH/2019 yang berisi tentang pembatasan kuota penggunaan solar bersubsidi yang statusnya kini sudah dicabut, maka ada kalangan yang membeli dalam jumlah banyak karena panik.
Werry Prayogi mengatakan, hal tersebut tidak perlu dilakukan karena tidak di seluruh SPBU mengalami kelangkaan, melainkan di SPBU tertentu yang menjadi favorit atau pilihan pelanggan.
Sehingga, tidak merata karena bergantung pada pelanggan memilih SPBU yang terbaik menurutnya.
(Baca Juga: Solar Ditemukan Langka di Wilayah Jawa Timur, Kadin ESDM Setempat Angkat Bicara!)
Di pihak lain, Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur, Setiajit mengatakan tidak semua masyarakat paham terkait penggunaan dan konsumsi BBM bersubsidi.
Oleh karena itu, Werry Prayogi mengimbau agar masyarakat bersikap bijak.
"Solar premium bersubsidi kan jelas penggunannya. Yang tidak boleh adalah truk barang tambang, truk industri, plat merah. Maka masyarakat yang juga menengah atas tolong tidak memakai premium dan solar bersubsidi," kata Setiajit.
Setiajit menegaskan, bahwa kuota premium di Jawa Timur mencapai 1.444.300 kilo liter.
Sedangkan, untuk Solar 2.920.000 kilo liter.
Pihaknya berharap kuota ini terjaga dan tidak ada panic buying di masyarakat sehingga suplai dan demand tidak terganggu untuk solar dan premium.
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Pertamina Jamin dalam 2 Hari Pasokan Solar di Jatim Aman, Gelontorkan 120% untuk Solar dan Premium