Enggak cuma karena mesinnya yang orientasinya aneh, julukan flying brick ini karena pada masanya BMW K100 adalah motor yang larinya bisa menandingi motor-motor Jepang berperforma gokil yang merajalela di era 1980-an.
Mesin BMW K100 memiliki power maksimal 88,7 dk plus torsi 85,8 Nm, top speed yang diraih adalah 220 km/jam. Ingat, ini motor tahun 1982 Sob...
Untuk penggeraknya juga enggak pakai rantai, tapi pakai gardan alias shaft drive.
Alasan BMW mengembangkan mesin setengah boxer ini karena adanya pembatasan emisi di Amerika Serikat dan Eropa pada saat itu.
Dengan mesin boxer alias flat twinnya, anggaplah 1000 cc, maka tiap silinder akan terisi 500 cc campuran bahan bakar.
Hal ini diatasi dengan membuat mesin 4 silinder sehingga tiap silinder hanya terisi 250 cc campuran bahan bakar dan udara.
Lalu pada masa itu motor empat silinder, terutama buatan Jepang, jadi favorit sehingga BMW merasa perlu memiliki mesin empat silinder juga.
Ditambah lagi pada tahun 1980-an, BMW belum punya motor yang berpendingin cairan jadi dianggap kuno jika dibandingkan dengan motor-motor Jepang.