Penurunan ini bukan hanya akibat harga yang terus naik. Menurut praktisi dari kalangan APM, ini akibat pasar yang mulai jenuh.
Momen ledakan permintaan LCGC didominasi oleh taksi online telah usai. Permintaannya menurun karena populasinya memang sudah banyak.
Pemilik mobil LCGC juga belum berganti mobil karena masih berumur sekitar 5-6 tahun.
Konsumen first time buyer yang berpindah dari sepeda motor ke mobil juga lebih berpikir rasional.
Bisa saja mereka memaksakan membeli mobil LCGC. Namun kepraktisan taksi online membuat mereka berpikiran lain.
Sebagai transportasi harian, mereka lebih memilih sepeda motor kelas menengah di rentang harga Rp 40-80 jutaan.
Misalnya Yamaha XMAX, Honda ADV 150 atau Honda Forza. Nyaman dan bebas macet. Apalagi di Jakarta bisa bebas ganjil-genap.
Sedangkan saat butuh mobil, mereka memilih taksi online. Misalnya saat jalan-jalan bersama keluarga di akhir pekan.
Sisa uang lebih yang tadinya cukup untuk membeli mobil LCGC akan dipakai untuk konsumsi lain, seperti berlibur atau ditabung.
Pasca regulasi baru soal pajak berdasar emisi gas buang, LCGC dipastikan bakal tinggal cerita.
Jika sudah begini, mobi-mobil eks LCGC akan bersaing dengan yang lain tanpa kemudahan pajak.
Akankah mereka akan bisa terus bertahan? Atau bahkan berevolusi menjadi mobil murah bertenaga listrik?
Selamat bermimpi. ***
*Penulis adalah wartawan otomotif sejak tahun 2000 di berbagai media grup Kompas Gramedia, seperti tabloid Otomotif, majalah Otosport, majalah Auto Bild Indonesia dan saat ini di GridOto.com.