GridOto.com – Charles Leclerc marah-marah karena gagal memenangkan balap F1 Singapura, kemudian ia sadar dan mengaku ingin menahan emosi engan "tutup mulut".
Memimpin sejak pole position, Charles Leclerc bisa memenangkan balap F1 Singapura di sirkuit jalan raya Marina Bay pekan lalu.
Namun tim Ferrari melakukan strategi yang membuat Sebastian Vettel sebagai pemenangnya.
Charles Leclerc pun marah dan menuduh tim Ferrari tidak adil, kini ia mengaku enggak mau emosi lagi.
(Baca Juga: Sebastian Vettel Menang, Tim Ferrari Cetak Sejarah di F1 Singapura)
Charles Leclerc mengungkapkan kekesalan dengan meledak-ledak dari dalam kokpit mobilnya.
Yaitu usai menjalani pit stop lalu kembali masuk trek, tepat berada di belakang Sebastian Vettel yang akhirnya finish terdepan.
Bagi Sebastian Vettel, ini kemenangan pertamanya di F1 2019.
*The* race-changing moment... ????#F1 #SingaporeGP pic.twitter.com/5GCYhWrvQQ
— Formula 1 (@F1) September 22, 2019
Sementara Charles Leclerc gagal mengoleksi tiga kemenangan beruntun setelah sukses di F1 Belgia dan Italia.
Menjelang F1 Rusia akhir pekan ini, ia mengakui apa yang dilakukannya dengan marah-marah melalui komunikasi radio, itu tidakan yang tidak benar.
Pembalap berusia 21 tahun ini mengambil pelajaran dari sikap marahnya di F1 Singapura, dengan mengatakan akan “diam saja” daripada membuat komentar yang negatif kepada timnya.
Setelah membahas kejadian di F1 Singapura itu, Leclerc paham bahwa itu adalah bagian dari strategi.
(Baca Juga: Tim Mercedes Mengaku “Marah” Dikalahkan Ferrari di F1 Singapura)
"Saya percaya reaksi saya jauh dari apa yang seharusnya," katanya kepada wartawan di Sochi, dikutip GridOto.com dari foxsports.com.au.
“Dan itu menunjukkan bahwa saya masih harus banyak belajar. Dalam situasi itu tidak perlu seperti ini,” lanjutnya.
“Tim telah melakukan hal yang benar, kami finish pertama dan kedua, kami tidak akan finish pertama dan kedua dengan strategi lain, dan itulah yang paling penting,” ungkapnya.
"Saya pasti harus banyak belajar, dan banyak yang harus ditingkatkan, tetapi itu tidak akan terjadi lagi di masa depan," ujarnya.
Leclerc mengaku emosi saat itu, karena ingin memenangkan lomba.