Ada yang bilang bahwa swing arm karbon jauh lebih mahal dibanding alumunium, itu benar tapi tak sepenuhnya benar.
Memang sih, jika hanya membuat satu buah swing arm, bahan karbon lebih mahal dibanding alumunium.
Tapi Cecchinelli menjelaskan jika swing arm dibuat untuk sangat kaku, dia bakal mudah patah dan akhirnya dalam semusim butuh banyak swing arm.
Sedangkan swing arm karbon bisa dibilang lebih awet dan tidak mudah patah, makanya tidak selalu bisa dikatakan karbon lebih mahal.
Kekurangan lainnya adalah masalah keselamatan.
"Bukan karena serat karbon tidak aman, tapi karena setelah crash memungkinkan swing arm karbon lebih sulit dianalisis masalahnya," tambah Cecchinelli.
Swing arm karbon harus diteliti dengan sinar X untuk penyelidikan cukup dalam setelah crash, tidak seperti alumunium yang langsung bisa dilihat di trek atau di box.
Selain itu, swing arm karbon lebih rentan hancur menjadi potongan kecil jika ada kecelakan besar.
Jika alumunium mudah patah jika dipaksakan kaku, serat karbon lebih mudah hancur.
Lalu mengapa tidak semua tim MotoGP menggunakan swing arm berbahan serat karbon?
Beberapa tim saat ini masih puas dengan batas kekakuan swing arm alumunium mereka dan hasilnya masih bisa diterima.
"Intinya: sulit didesain, sulit diproduksi, bisa repot kalau kena crash parah, dan sementara teknologi konvensional menggunakan alumunium masih bisa diterima hasilnya, karena masih dominan digunakan sampai saat ini," sambung Cecchinelli.