Tol sepanjang 140,7 km ini sudah dilengkapi dengan relfektor lampu, rambu-rambu jalan, petunjuk arah, marka jalan, serta rest area walaupun masih dalam bentuk sementara.
Hanya saja minimnya lampu penerangan membuat pengendara harus sering-sering menyalakan lampu jauh guna menerangi jalannya.
Ditambah lagi minimnya kendaraan lain yang melintas, menambah nuansa gelap dari jalan tol penghubung Sumatera ini.
(Baca Juga: Tol Trans Sumatera Dibuka, Membuat Arus Lalu Lintas Jalintim Menjadi Lengang)
"Lalu pada kondisi seperti itu, kecepatan mobil jangan terlalu tinggi supaya pengendara masih bisa mengontrolnya dengan baik. Terlebih, di tol banyak kendaraan berat yang melintas dan terkadang lampu kendaraannya redup," kata Service Manager PT Nusa Sarana Citra Bakti, Hendry Suganda, dikutip dari Kompas.com.
Ia menambahkan agar menghindari berkendara sendirian dan menyarankan agar mencari teman konvoi dalam perjalanan melalui jalan tol ini.
Sebab, menurutnya keberadaan bengkel yang mensupport keadaan genting letaknya cukup jauh dari jangkauan ruas tol ini.
Akan lebih baik jika pengendara memastikan kebugaran mobil yang akan digunakan dalam melintasi tol ini.
(Baca Juga: Tarif Jalan Tol Trans Sumatera Diberlakukan Saat Musim Mudik, Ini Perkiraan Tarifnya)
Lalu Manajer Teknik Tol Pematang Panggang-Kayu Agung, Ahmadi menyatakan bahwa ruas Tol Trans Sumatera cukup jauh dari pemukiman warga.
Maka dari itu lebih baik untuk menghindari perjalanan di malam hari melalui jalur Tol Trans Sumatera.
"Jangan terlalu malam jika melintas di tol, karena Tol Trans Sumatera ini berbeda dengan Tol Trans Jawa. Lebih sepi dan jauh dari pemukiman warga," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Alasan Hindari Melintas Trans Sumatera di Malam Hari"