Lalu pada KM 97 jalanan menurun, bahu jalan relatif sempit.
"Momentum gaya sentrifugal pada kendaraan minibus, bus, truk dengan kecepatan 100 km/jam cenderung meningkat," jelas Jusri ketika itu.
Risikonya, kendaraan yang melaju akan kesulitan menghadapi gaya tersebut misalnya understeer atau melebar yang bisa menyebabkan membentur tembok pembatas.
Pada KM 95 ada ruas jembatan dengan tikungan ke kiri yang membuat gaya sentrifugal akan meningkat.
Di daerah ini kendaraan akan bergerak melebar tanpa dikehendaki pengemudi.
(Baca Juga: Infografis : Titik-titik Rawan Kecelakaan di Km 100 - 90 Tol Cipularang)
Untuk KM 94 ada turunan tajam ke kanan dan membuat bidang pandang terbatas karena blind spot.
Repotnya di wilayah ini area jarak pandang terbatas karena tembok pemisah jalan.
Sementara di KM 92 hingga KM 91 jalan tetap menurun dan lurus pandangan terbuka.
Kendaraan melaju dengan momentumnya sendiri, sehingga velocity atau kecepatan akan meningkat.
Dengan kondisi seperti ini pengendara akan terbuai memacu kecepatan melebihi batas maksimal yang ditentukan.
"Bagi kendaraan besar ada risiko rem blong," kata Jusri.
Akibatnya akan memicu tabrakan belakang, hilang kendali dan keluar badan jalan.