GridOto.com - Seperti diketahui, pemerintah mencanangkan pengembangan kendaraan bermotor listrik pasca ditekennya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 tahun 2019, tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor untuk Transportasi Jalan.
Diharapkan secara bertahap kendaraan di Indonesia nantinya beralih dengan kendaraan ramah lingkungan, baik itu mobil listrik maupun motor listrik.
Namun keniscayaan tersebut nampaknya menemukan tantangan baru yang perlu dipikirkan, baik dari sisi pemerintah sebagai regulator maupun dari sisi produsen.
Harjanto, selaku Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian mengungkapkan, tantangan tersebut adalah daur ulang baterainya.
(Baca Juga: Gaikindo Sebut Kendaraan Listrik bukan Satu-satunya Jawaban dan Masih Banyak Kendala)
"Teknologi untuk recycle (daur ulang) baterai itu advance, saat ini baru Belgia yang punya fasilitas tersebut. Kita belum mencapai pada posisi itu, sekarang kita produksi dulu," papar Harjanto, Jumat (23/8/2019).
"Sekarang, kayak produsen mobil Jepang saja kan kirim ke Belgia baterainya, diproses di sana untuk recycle-nya," imbuhnya saat di acara diskusi bertajuk 'Kendaraan Listrik Sebagai Solusi Polusi Udara dan Pengurangan Penggunaan BBM' yang dihelat Kompas, Jakarta.
Harjanto menjelaskan, pemerintah beserta pihak terkait masih melakukan studi lanjutan tentang percepatan kendaraan listrik di Indonesia.
Jangan sampai niatnya ingin mengurangi pencemaran dengan mobil listrik, malah menambah pencemaran baru dengan baterai yang menggandung zat-zat berbahaya bagi lingkungan.
(Baca Juga: Asyik, Kemenhub Ingin Kendaraan Listrik Gratis Parkir dan Bebas Ganjil Genap!)
Terutama pada pabrik baterai yang sedang dibangun di kawasan Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah.
"Cuma memang untuk daur ulang itu butuh waktu. Makanya bapak Menteri bilang dua tahun paling tidak (sejak Morowali beroperasi)," kata Harjanto lagi.
"Karena kita tidak tahu perkembangan teknologi ke depan seperti apa dan untuk proses recycling batre costly juga kan. Jangan sampai kita mau ngilangin di sini karbon emisinya, tapi kita malah menambah another solid waste yang lain," tutupnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Yohannes Nangoi, selaku Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
(Baca Juga: Gaikindo: Jangan Sampai Jutaan Pekerja Terancam PHK Gara-gara Kendaraan Listrik)
"Baterai ini limbahnya besar sekali dan itu beracun. Bayangkan untuk satu unit bus itu beratnya kira-kira sampai 3 ton, baterainya itu lebih dari 2 ton," ujar Nangoi.
"Untuk mendaur ulang baterai yang dipakai saat ini litihium ion, itu mendaur ulangnya enggak gampang. Hati-hati, jangan sampai sekarang kita bilang udaranya bersih, tapi 20 tahun lagi ada gunung yang namanya gunung bangkai baterai," tutupnya.