Terutama pada pabrik baterai yang sedang dibangun di kawasan Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah.
"Cuma memang untuk daur ulang itu butuh waktu. Makanya bapak Menteri bilang dua tahun paling tidak (sejak Morowali beroperasi)," kata Harjanto lagi.
"Karena kita tidak tahu perkembangan teknologi ke depan seperti apa dan untuk proses recycling batre costly juga kan. Jangan sampai kita mau ngilangin di sini karbon emisinya, tapi kita malah menambah another solid waste yang lain," tutupnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Yohannes Nangoi, selaku Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
(Baca Juga: Gaikindo: Jangan Sampai Jutaan Pekerja Terancam PHK Gara-gara Kendaraan Listrik)
"Baterai ini limbahnya besar sekali dan itu beracun. Bayangkan untuk satu unit bus itu beratnya kira-kira sampai 3 ton, baterainya itu lebih dari 2 ton," ujar Nangoi.
"Untuk mendaur ulang baterai yang dipakai saat ini litihium ion, itu mendaur ulangnya enggak gampang. Hati-hati, jangan sampai sekarang kita bilang udaranya bersih, tapi 20 tahun lagi ada gunung yang namanya gunung bangkai baterai," tutupnya.