Untuk jarak pintu exit dan entry akan dibuat setiap dua kilometer sesuai dengan aturan Pemerintah Pusat.
Ia menambahkan, untuk pusat ekonomi nanti akan dibuat menonjol sehingga para pengendara bisa singgah.
Bahkan, ada papan petunjuk khusus yang menjelaskan tempat-tempat alternatif untuk dikunjungi para pengguna jalan tol.
(Baca Juga: Pembangunan Tol Yogyakarta-Solo Bakal Melewati Situs Budaya? Ini Komentar Sultan)
“Nantinya lebih difokuskan pada pusat-pusat ekonomi yang ada di luar tol. Aktivitas ekonomi harus bergerak dan diciptakan sehingga banyak yang singgah. Pertumbuhan ekonomi juga harus didorong,” paparnya.
Selain itu, secara teknis jalur ini akan dipersiapkan satu rest area.
Gatot juga membahas terkait sosialisasi pembangunan jalan tol ini.
Menurutnya, sosialisasi secara informal ini dilakukan dengan berbagai media sehingga dimungkinkan masyarakat sudah banyak yang tahu.
“Akan tetapi, sosialisasi secara resmi kami masih belum berani menyampaikan. Hal ini karena kami belum memegang dokumen mengenai rencana pembangunan jalan tol ini,” urainya.
Meskipun pembangunan tol ini akan banyak memakan lahan, pihaknya meminta warga agar tidak mudah percaya pada spekulan tanah yang menawarkan membeli tanah mereka.
Ia menjelaskan, harga beli yang ditawarkan pemerintah jauh lebih tinggi sehingga masyarakat tidak perlu khawatir tentang hal itu.
“Jangan tergiur dengan iming-iming macam-macam oleh para spekulan tanah. Hal ini karena untuk pembebasan lahan dari pemerintah sudah ada appraisal. Yakin harga pemerintah jauh lebih tinggi dari NJOP. Warga jangan cepat melepas lahan,” paparnya.
Artikel ini dikutip dari Tribunjogja.com dengan judul Jalan Tol di Wilayah Yogyakarta Dibangun Melayang di Atas Ring Road