GridOto.com - Dalam proses engine swap, menggunakan ECU stand alone aftermarket menjadi praktik yang lumrah dilakukan.
Penggunaan ECU jenis stand alone dapat memfasilitasi pengaturan yang tepat pada mesin baru yang dicangkokkan.
"Dengan ECU stand alone, kita bisa lebih fleksibel dalam mengatur tune atau map dari si mesin baru. Sehingga powernya pun juga jadi maksimal," ungkap Mashadi dari bengkel Exclusive Auto Garage di Tebet, Jakarta Selatan.
Mashadi menyebutkan ada beberapa merek ECU stand alone aftermarket yang umum digunakan di Indonesia.
Beberapa di antaranya adalah Haltech, MoTec, dan AEM.
(Baca Juga: Apa Saja Yang Harus Diperhatikan Saat Melakukan Engine Swap?)
"Kalau kita sendiri paling sering merekomendasikan Haltech, karena fiturnya sudah lengkap, sudah banyak yang bisa tuning, dan secara harga masih oke lah," ujarnya.
Memilih ECU stand alone bukan hanya terpaku pada merek dan harga.
"Produsen ECU itu kan punya beberapa seri, nah itu harus disesuaikan dengan kebutuhan serta spesifikasi mesinnya itu sendiri," sebut Mashadi.
Ada ECU yang dikhususkan untuk mesin 4 silinder, 2 rotor rotary engine, penggunaan turbocharger, mesin-mesin V6 ke atas, dan sebagainya.
"Contohnya mesinnya 4 silinder, dengan drive-by-wire, dan ada pengaturan katup variabelnya. Nah itu yang sesuai ECU-nya Haltech Elite 1500," tukas pria yang bermukim di Bekasi ini.
(Baca Juga: Meremajakan Mesin Mobil Tua, Pilih Overhaul atau Engine Swap?)
Selain itu ada beberapa variabel lain yang menentukan pilihan ECU stand alone yang tepat, seperti contohnya impedance dari injektor bahan bakar.
"Makanya sebelum membeli, usahakan untuk konsultasi dulu dengan bengkel sehingga tidak salah beli," ujar Mashadi.
Bicara soal harga, Mashadi menyebut angka mulai dari Rp 15 juta sampai puluhan juta, tergantung spesifikasi dari ECU tersebut.