GridOto.com - Pembangunan infrastruktur yang dilakukan secara masif dalam beberapa tahun ini ternyata memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap para pelaku otomotif Tanah Air, khusunya di sektor kendaraan niaga.
Duljatmono, selaku Marketing Director Sales & Marketing Division PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) mengungkapkan, momen tersebut sukses membuat penjualan kendaraan niaga melonjak hingga 30 persen.
"Kalau kami cerita sebelumnya pada 2013 sampai 2016 itu turun. Tapi di 2017 itu mulai naik lagi seingat saya 30 persen. Begitupun di 2018 naiknya 23,1 persen," papar pria yang akrab disapa Momon itu kepada GridOto.com belum lama ini.
"Selama dua tahun kemarin itu pendorong ekonomi dan saya sering katakan berulang-ulang adalah pembangunan infrastruktur, itu cukup kuat di 2017 dan 2018," imbuhnya saat berada di kawasan Pulomas, Jakarta.
(Baca Juga: Blak-blakan Vincent Lo: Berawal dari Lampu, Hella Sudah Ada Lebih dari Satu Abad)
Duljatmono menambahkan, ada tiga faktor utama pembangkit permintaan untuk kendaraan niaga, tapi pemicu pertumbuhan masih dipegang oleh proyek-proyek infrastruktur.
Ekspansi belanja pemerintah untuk infrastruktur dalam beberapa tahun belakangan memang jadi salah satu pendorong roda perekonomian.
Selain itu, dirinya juga melihat sektor bisnis komoditas seperti sawit mulai mengalami kenaikan di akhir tahun lalu, di samping harga batubara yang turut membaik.
"Kemudian kontribusi komoditas CPO di tahun 2017 dan 2018 masih berlanjut di kuartal ketiga," kata Momon lagi.
"Lalu di akhir 2017 itu batu bara itu naik sampai dengan sekarang permintaanya stabil, walaupun sempat ada sedikit tren penurunan di awal tahun ini," tambahnya.
(Baca Juga: Blak-Blakan Kombes Pol Yusuf : Tilang Elektronik Akan Diperpanjang di 25 Titik)
Maka dari itu, dirinya berharap hasil positif yang terjadi pada beberapa tahun belakangan bisa kembali terulang di akhir tahun 2019 nanti.
Walaupun realisasi di awal tahun ini cukup menyita perhatian. Bagaimana tidak, penurunan angka penjualan untuk sektor kendaraan niaga bisa dibilang cukup drastis.
Ditambah lagi ketidakpastian global yang menekan kinerja ekspor, dan lesunya investasi swasta.
"Kalau kami melihat pasar sampai dengan Mei 2019 jika dibandingkan tahun lalu itu turun sekitar 20,8 persen. Tapi memang prediksi pertumbuhannya seperti yang kami sampaikan di awal tahun kurang lebih lima persen-an dari 2018 lalu," ungkap momon.
"Jadi kami berharap trennya di 2019 ini masih naik, meskipun secara presentase pertumbuhannya tidak sebesar di tahun lalu. Karena kan di 2017 dan 2018 growth-nya tinggi sekali. Tahun ini kan infrastruktur belum selesai masih jalan terus, kami harapkan itu juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan," tutupnya.