Toh terbukti Wuling sudah diterima dengan baik oleh konsumen Indonesia. Tren penjualannya meningkat seiring model-model baru diluncurkan.
Seperti Almaz yang bermain di segmen lebih tinggi. Modelnya menarik konsumen segmen Honda CR-V. Selain itu muncul juga varian baru Cortez bermesin turbo dan Confero transmisi ACT.
Keputusan menjual Confero ACT ini cukup berani buat merek baru seperti Wuling. Dia bukan transmisi matik murni tapi transmisi manual dengan fitur tambahan tanpa pedal kopling.
Perlu kebiasaan mengemudikannya layaknya Suzuki Ignis AGS yang muncul duluan. Konsumen Indonesia tak terbiasa transmisi model seperti ini. Suzuki saja sempat kesulitan di awal kemunculan Ignis AGS.
Paduan tampang, fitur dan rasa berkendara membuat Wuling cepat meraih konsumen. Ada yang langsung suka karena harganya relatif terjangkau dibanding pesaing. Ada juga yang masih coba-coba karena ragu akan durabilitas dipakai dalam jangka waktu lama.
Mobil Cina juga relatif lebih dapat diterima oleh konsumen Indonesia dibanding mobil Malaysia. Fenomena smartphone boleh jadi mendukung hal ini. Sekaligus memberi sinyal pabrikan Jepang dan Korea untuk bersiap. Bukan tidak mungkin saat era mobil listrik nanti, mobil Cina lebih unggul.
(Baca Juga: Mobil Listrik di Indonesia. Riwayatmu Kini)
Bicara mobil Cina saat ini tak Cuma Wuling. Ada lagi DFSK yang tergoda melihat sukses Wuling. Munculnya tak lama setelah Wuling di 2018. Pada sebuah kesempatan di awal kemunculan DFSK, saya sempat berbincang dengan petinggi DFSK.
Mereka berniat memposisikan mobilnya lebih premium dibanding Wuling. Maka jangan terkejut bila SUV Glory 580 dibanderol Rp 240 - 300 jutaan. Bandingkan saat itu Wuling yang bermain di rentang Rp 140-200 jutaan lewat Confero dan Cortez.
Namun agaknya strategi mulai berubah di 2019 ini. Seiring dengan masuknya Wuling Almaz di segmen yang sama dengan Glory 580. DFSK pun menggelotorkan Glory 560 di rentang harga yang sama dengan Wuling Confero dan Cortez. Bahkan di segmen komersial, keduanya juga sudah masuk lewat Wuling Formo dan DFSK Super Cab.
DFSK tak mau ketinggalan fenomena mobil Cina yang mulai tumbuh di Indonesia. Bisa jadi persaingan keduanya terus berlanjut dengan munculnya merek-merek baru asal Cina.
Wuling sebagai merek mobil Cina pertama yang tergolong sukses di pasar Tanah Air sudah menciptakan standar cukup baik. Sehingga merek-merek Cina lain yang akan masuk pasar Indonesia akan menjadikannya tolak ukur. Produk seperti buatan Geely dan ZNA Succe akan sulit bersaing.
Sukses mobil Cina di Indonesia lewat Wuling dan DFSK baru awalan. Masih banyak yang lain dan menawarkan sejumlah keunggulan, seperti mobil listrik BYD. Persaingan antar-mobil Cina bisa jadi lebih seru ke depan.***
*Penulis adalah wartawan otomotif sejak tahun 2000 di beberapa media grup Kompas Gramedia, seperti tabloid Otomotif, majalah Otosport, majalah Auto Bild Indonesia dan saat ini di GridOto.com.