Sriawan menambahkan, hal ini diperparah dengan mudah dan murahnya proses memiliki kendaraan pribadi yang berdampak makin rendahnya minat masyarakat terhadap angkot.
Hal inilah yang menjadi tantangan utama dalam meningkatkan pelayanan demi kenyamanan penumpang saat menggunakan angkutan umum.
Pihaknya dalam waktu dekat akan mereformasi layanan angkutan umum konvensional menjadi sistem buy the service.
Dalam sistem buy the service, perjalanan angkot yang melayani trayek-trayek dibeli oleh pemerintah untuk kemudian pemerintah menjualnya kepada masyarakat dengan tarif yang ditetapkan harapannya sistem ini menjamin kualitas dan kuantitas pelayanan.
(Baca Juga : Antisipasi Human Error, Polres Bojonegoro Cek Kesehatan Sopir Beserta Kenek Angkutan Umum)
Nantinya ada standar pelayanan yang harus dipenuhi oleh para pengemudi, sehingga mereka hanya berkonsentrasi pada pelayanan tanpa harus terbebani biaya setoran seperti selama ini.
"Jadi nanti sopirnya digaji, disubsidi oleh pemerintah termasuk biaya Operasional Kendaraan (BOK) semuanya juga dipenuhi," urai Sriawan.
Dengan demikian, diharapkan penumpang bisa merasakan pelayanan angkutan umum yang efektif dan murah bahkan bisa gratis.
"Jika minat masyarakat makin meningkat, diharapkan ketersediaan angkot bisa terus bertahan."
(Baca Juga : ITW Sebut Alasan Ojek Online Tidak Termasuk Angkutan Umum)