Ian mengaku pihaknya merasa tidak beruntung karena sebagian besar truk yang melintas Trans Jawa tidak melintas di ruas tol yang ia kelola.
Ada beberapa faktor truk tidak mengambil ruas tol Pejagan-Pemalang.
Ian menyebutkan faktor pertama yakni ruas tol Pejagan-Pemalang yang panjang, sehingga terkesan mahal.
Padahal, tarif tol di ruas ini tidak berbeda dengan ruas Pemalang-Batang.
(Baca Juga : Ngeri..!! Pria Ini Tidur di Mobil Berkecepatan 120 km/jam di Jalan Tol)
Tarif tol di ruas itu sesuai Peraturan Menteri PUPR, yakni tarif dasar Rp 1.000 perkilometer untuk kendaraan golongan I.
Sementara, untuk kendaraan berat golongan II tarifnya Rp 1.500. Kendaraan golongan III seperti trailer dan sebagainya dikenakan biaya Rp 2.000 perkilometer.
"Padahal, tarif ini di bawah usulan kami yakni Rp 1.140 perkilometer," ucapnya.
Kemudian, jalan arteri pantura di Brebes, Tegal, dan Pemalang dianggap lancar dan tidak ada kemacetan berarti.
(Baca Juga : Tujuh Mobil Terlibat Kecelakaan Beruntun di Tol Gunung Sari Surabaya)
Ditambah di Kota Tegal dan Pemalang ada jalan lingkar supaya kendaraan berat tidak melintasi jalan dalam kota.
Menanggapi kondisi tersebut, pihaknya memberikan diskon 15 persen untuk kendaraan berat yang melintas secara berkelanjutan dari Palimanan hingga Kalikangkung Semarang.
Wacana tarif tol yang akan diturunkan untuk kendaraan berat, kata dia, sedang penggodokan atau pembahasan. "Beberapa kali kami diundang untuk membahas itu. Semoga segera terealisasi," imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kenapa Truk Hindari Pantura Batang-Pekalongan dan Tol Pejagan-Pemalang? Jembatan Timbangkah?