GridOto.com - Kesempatan istimewa diberikan pihak Indonesia Tourism Development Corporation (ITCD) selaku promotor gelaran MotoGP Indonesia atau MotoGP Mandalika kepada GridOto.com dan OtoRace.id.
Wawancara dilakukan di kantor ITDC di Kuta Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat, 22 Maret 2019.
Banyak pertanyaan yang tentunya diajukan dalam kesempatan ini.
Pertama, mengenai pilihan mengapa MotoGP Mandalika dipentas dalam konsep Street Circuit atau sirkuit jalan raya.
Baca Juga : Sering Melorot di Awal Balapan, Lewis Hamilton Masih Perlu Latihan Start
Ya, layaknya Singapura atau Monako dalam menggelar balap Formula 1 (F1).
Tentunya, ini menjadi pertanyaan lantaran apakah dikarenakan faktor biaya yang akan dikeluarkan.
Misalnya, pembuatan sirkuit tertutup atau sirkuit permanen lebih mahal ketimbang sirkuit jalan raya, atau malah sebaliknya.
"Banyak faktor, terutama karena kita adalah pengembang pariwisata. Saya mengembangkan kawasan," ungkap Abdulbar M Mansoer selaku Direktur Utama ITDC.
Baca Juga : Otorace: Bos Mercedes Menilai Charles Leclerc Bisa Jadi Juara Dunia F1
"Jadi, dari awal saya memang tidak pernah berpikir untuk membuat stadion (sirkuit) tertutup. Jadi, visi kita itu," ungkap pria ramah yang sudah meluangkan waktunya yang padat untuk GridOto.com dan OtoRace.id itu.
Faktor yang kedua, karena dinilai street circuit yang akan dipentas di MotoGP Mandalika ini menjadi pioneer di MotoGP.
"Indonesia menjadi yang pertama, itu menjadi pioneer kan bagus pasti, satu-satunya di MotoGP yang pioneer, itu yang saya kejar," tambah pria yang senang memakai batik itu.
Dan faktor yang ketiga adalah tentang efisiensi.
Baca Juga : Marshal MotoGP Argentina yang Bajak Motor Valentino Rossi Ternyata Sopir Mobil Ambulans
"Karena sebagai pengelola kawasan, jika ada stadion yang sepanjang tahun tidak terpakai, buat kami menjadi sayang. Karena ini (tempat) indah sekali, di dekat pantai," jelas Abdulbar.
Nantinya jika sirkuit ini tidak dipakai dalam waktu satu tahun ke depan, maka bisa dipakai untuk kegiatan pariwisata seperti biasa.
"Jadi masalah cost itu kalau dibilang kita enggak kuat bikin stadion (srikuit permanen), ya enggak juga. Karena yang bangun bukan kita loh, tetapi Vinci (investor)," timpalnya.
"Vinci menyediakan Rp 14 triliun. Dia kalau kita arahkan stadion, dia juga kuat. Tapi pertimbangan kita berdua, selaku pemilik tanah dan juga selaku penyewa tanah (investor), street race akan lebih efisien dan lebih indah," ujar Abdulbar yang suka olahraga.
Baca Juga : Marc Marquez Bermimpi Bisa Berduet dengan Sang Adik di Kelas MotoGP
Maka itu, ketika GridOto.com dan OtoRace.id tanyakan mengenai perbandingan biaya tentang sirkuit permanen dan street circuit apakah sudah diperbandingkan sebelumnya, Abdulbar pun bilang tidak ada.
"Dari awal sudah street circuit visinya, karena saya bukan pemain otomotif, saya adalah pengembang pariwisata," bilangnya.
Nah, street circuit ini menurutnya lebih masuk akal dari sisi pariwisata.
"Karena kalau kita tutup, orang tentunya tidak bisa lewat sini, sehingga menjadi tempat yang tertutup. Jadi, dari awal memang kita tidak pernah melirik stadion."
"Kalau tidak dikasih street race, mungkin kita berpikir juga. Tapi bayangkan, pertama kali loh street race (di MotoGP). Dan dari awal, kita desain dari nol," tutupnya.
Bersambung...