GridOto.com - Pernah enggak ngebayangin naik gunung pakai motor? Kalau mau cobain, kamu bisa jajal deh mendaki Gunung Telomoyo yang ada di perbatasan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang ini.
Enggak sekadar sampai kaki gunung saja, mendaki gunung Telomoyo benar-benar bisa merasakan naik gunung pakai motor dari basecamp hingga puncak tertingginya lho!
GridOto enggak bermodalkan motor adventure atau motor trail, cukup pakai motor bebek Kawasaki ZX130.
"Jangankan motor bebek mas, motor matic saja banyak yang nyampe puncaknya," ujar Iwan, penjaga basecamp ARDAT di Dusun Dalangan, Desa Pandean Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.
(Baca Juga : Mampir ke Tebing Miring Patuk Gunung Kidul, Jalanannya Unik Serasa Oleng Kapten!)
Pria asli Dusun Dalangan yang punya warung di basecamp ini menuturkan jalanan ke puncak Telomoyo sepanjang 7 km dibangun sekitar tahun 1965 untuk akses ke tower Telkom.
Oke, untuk memulai pendakian jangan lupa bayar dulu tiket masuk sebesar Rp 5.000 saja di loket, langsung deh ngegas ke puncak.
Oh iya basecamp pendakian Gunung Telomoyo ada di jalan akses utama Kopeng-Grabag dan gampang banget ditemukan karena petunjuk arahnya cukup jelas.
Nah kalau mau muncak pakai motor atau mobil, pastikan isi bensin yang penuh karena jelas enggak bakalan nemu tukang bensin eceran sekalipun. Paling terakhir tukang bensin eceran adanya di basecamp saja.
Kalau soal warung, tenang saja karena banyak tersedia. Kalau hari biasa, setidaknya warung di basecamp pasti buka.
Tapi kalau hari libur sih sampai puncak juga ada warung tuh buat ngopi-ngopi sembari makan gorengan dan menikmati pemandangan.
Oke mulai pendakiannya, kondisi jalanannya buat GridOto sih awalnya seperti jalanan desa yang sedikit rusak di sana-sini.
Tapi makin ke atas, kondisi jalanan mulai pecah-pecah dan hancur lebur. GridOto mulai meragukan pernyataan Iwan kalau motor matic bisa sampai ke puncaknya.
Jalanan batu split ini pastinya enggak bakalan jadi masalah kalau pakai motor trail atau adventure, tapi kalau pakai motor matic atau bebek harus pandai-pandai gocek jalur agar tidak mentok.
Suara angin berdesir dan kabut tipis yang sesekali lewat diantara dedaunan jadi penghilang kebosanan saat melihat blangsak-nya jalur yang terbentang.
Tapi ternyata jalanan jelek hanya di bagian pertengahan jalur saja Sob, malah menjelang puncak jalanannya malah jadi bagus lagi.
Ngomongin tanjakannya juga enggak terlalu terjal, standar-standar saja kok enggak ada tanjakan curam ibarat menuju langit.
Apalagi mulai pertengahan jalur, kondisi jalanan di sebelah kiri jalan mulai terbuka dan pemandangan luas ke arah Kopeng terlihat jelas.
Bahkan Gunung Merbabu dan Gunung Andong terlihat sangat dekat, truly not something you can see everyday.
Yang lucu saat GridOto sampai di tower pemancar. Jalanannya habis di parkiran tower.
"Lho ini sudah puncaknya mas?" tanya GridOto ke seorang pekerja maintenance di tower.
"Iya sudah mentok. Jalanannya habis mas. Ini sudah titik tertingginya," sambungnya.
Oalah, benar kata kawan GridOto yang pernah naik ke Telomoyo. Enggak ada apa-apa memang di puncaknya. Justru yang seru selama perjalanannya.
Makanya GridOto enggak berlama-lama di puncaknya, apalagi kabut yang mulai turun bikin foto-foto di puncak serasa latar belakangnya tembok.
Turun sedikit dari puncak tower, ada sebuah landasan paralayang yang ternyata masih sering digunakan untuk event daerah maupun event nasional.
Tapi karena kabutnya mulai tebal saat GridOto sampai ke landasan paralayang itu, pemandangan yang tersaji ibarat melihat tembok putih saja, hehehe...
Makanya GridOto pilih turun lagi cari tempat area yang kabutnya enggak terlalu tebal, ternyata sedikit ke bawah rada enak tuh pemandangannya bisa foto-foto, seperti yang GridOto pakai di foto utama di atas.
Tapi memang faktor salah musim, di musim hujan formasi awannya memang tebal-tebal dan jujur saja sulit bisa dapat pemandangan cerah.
Kembali turun ke warung Iwan, GridOto ngobrol-ngobrol sejenak sembari menyeruput kopi dan menikmati suasana desa. Dia memang bilang kalau saya datangnya salah musim.
"Paling enak itu kalau musim kayak gini sore. Ada kemungkinan enggak hujan. Tapi kalau lagi musim kering, bagusnya pagi. Banyak yang kemping di atas kok!" ujar Iwan membuka obrolan.
"Malah bayangin aja mas, dengan tiket Rp 5.000 per orang saja, malam tahun baru kemarin pemasukannya dapat Rp 9,2 juta. Kebayang enggak ramainya," tambahnya.
Kalau dibagi, berarti ada 1.840 orang yang mendaki dalam satu malam!
"Di sini potensi wisatanya bagus. Kita baru dapat anggaran dana buat bikin tempat parkiran dan lapangan ini tahun kemarin," tambahnya.
Tapi bagaimana soal jalanannya, apa enggak pernah dibetulin semenjak tahun 1965?
"Pernah tiga kali dibetulin. 1970-an, 1980-an, sampai 1990-an. Yang betulin dari pihak Telkom buat mempermudah mobil maintenance. Semenjak tower itu pindah kepemilikan ke Telkomsel, jalanannya belum pernah dibetulin lagi. Malah sekarang tower-tower di atas jadi disewain ke banyak pihak. Dari AD, AL, AU, ada semua sekarang di atas," beber Iwan sembari melahap gorengan.
Menurutnya, ada rencana untuk membeton jalanan dari basecamp hingga puncak pada tahun 2019 ini. Selain itu jalanannya juga bakal diperlebar.
"Makanya coba tahun depan ke sini lagi mas, bisa jadi udah beda jauh. Mobil sedan aja bisa kayaknya sampai puncak," tawa Iwan.
Tak terasa obrolan makin panjang hingga menyerempet urusan dana dan anggaran desa, sementara waktu sudah semakin sore. GridOto harus pamit dulu nih.
Awan gelap mulai menyelimuti Gunung Telomoyo. Puncak towernya sudah tidak terlihat. Rintik-rintik gerimis mulai terasa.
"Eh mau ke mana mas? Santai dulu saja di sini," tahan Iwan.
Untung kopi sudah dingin dan langsung saja saya tenggak habis.
"Sementara sudah dulu mas, masih banyak tempat lain yang mau saya datangin," pamit saya sembari terkekeh dan mulai menyela kick starter Kawasaki ZX130.
Enggak keren rasanya bilang ke Iwan kalau saya buru-buru pulang karena takut kehujanan.