GridOto.com - Reli Dakar bukan sekadar ajang balap untuk menentukan siapa yang tercepat.
Lebih dari itu, Reli Dakar jadi ajang balap untuk menguji mental, fisik, skill, dan sikap para pembalap.
Bisa melalui seluruh stage dan finish saja sudah senangnya minta ampun, apalagi bisa jadi yang tercepat.
Makanya, banyak pembalap yang saling tolong-menolong ketika balapan.
(Baca Juga : Mesinnya V5, Inilah Motor Raja Pertama di Era 4-Tak MotoGP)
Jika ada yang kesulitan, pembalap lainnya menolong.
Para pembalap harus balapan selama 2 minggu, menempuh ribuan kilometer, mendapat banyak cobaan dan ujian selama perjalanannya.
Ada saja cobaannya, bisa kendaraannya rusak, terjebak, tersesat, tubuhnya sakit, stress, dan lainnya.
Misalnya yang dialami oleh Frederic Barlerin, pembalap asal Prancis berusia 39 tahun ini.
Selama balapan, berulang kali Barlerin motornya rusak.
Dia berusaha selalu memperbaikinya, baik sendiri maupun dari bantuan orang yang kebetulan ada di sekitar lokasinya.
Namun, berulang kali memperbaikinya, motornya rusak lagi.
(Baca Juga : Hayo Siapa yang Tahu Pembalap Pertama Ducati yang Menang Balapan?)
Hal itu bikin Barlerin frustrasi.
Namun, dia tetap bertahan dan pantang menyerah.
Barlerin tetap tidak mau menyerah, bahkan dirinya sampai menangis frustrasi.
Reli Dakar memang seperti ini, tetapi memang pembalapnya sudah tertempa mental pantang menyerah.
Yang bikin Barlerin tidak mau menyerah adalah mendiang pamannya, yang kebetulan meninggal beberapa waktu lalu sebelum Reli Dakar 2019 dimulai.
Pamannya adalah sosok yang paling berjasa dalam hidupnya.
Dengan mengingat pamannya, Barlerin tidak mau menyerah begitu saja, walaupun dirinya sudah sangat stress dengan beratnya cobaan yang dilalui pada Reli Dakar ini.
Nih sob cuplikan videonya
➡ Will Frédéric Barlerin figure out how to fix his bike? Find out below... ????
— DAKAR RALLY (@dakar) 14 Januari 2019
???? VOTE FOR THE BEST EPIC STORY on our Facebook page ???? ⁰@Motul #EpicStorybyMotul
Click here ➡️ https://t.co/gaTMdlifkM pic.twitter.com/Om87R5omh2