GridOto.com - Sebelum menjadi Presiden Direktur PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), Minoru Morimoto sempat lama berkarir di Eropa.
Saat ditemui GridOto.com di kantornya (26/10/2018), Morimoto-san bercerita totalnya ia sudah 18 tahun berkarir di Yamaha Eropa.
Lama di Benua Biru, membuatnya paham dengan karakter market Eropa yang terbilang berbeda dengan market Asia, khususnya Indonesia.
Lantas apa sih perbedaan karakter pasar sepeda motor Eropa dengan Indonesia?
(BACA JUGA: Blak-blakan Akiong: Melatih Teknisi Dalam Menyeting Demi Kepuasan Konsumen)
Menurut pengamatannya, pasar Eropa secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis konsumen.
"Orang-orang Perancis, Italia, Spanyol atau orang-orang latin dalam penglihatan saya, ketika ada model baru keluar, mereka langsung tertarik untuk beli tanpa berpikir," ungkap Morimoto.
"Sementara orang Inggris, Jerman, Belanda, dan Austria tidak langsung membeli. Mereka pikir-pikir dulu, sambil lihat ke showroom atau internet, lalu setahun atau dua tahun kemudian baru membeli," lanjutnya.
Kemudian di Eropa, ciri khas penjualan sepeda motor lebih mengarah kepada motor-motor berkapasitas mesin besar.
(BACA JUGA: Blak-blakan Asep Hendro: Bisnis AHRS Sempat Seret, Kini Tertolong Komunitas Balap 2-Tak)
"Seperti 1.000 cc, oh ya 600 cc itu termasuk motor cc kecil. Sementara R3 atau R25 itu merupakan motor pemula, dan motor-motor 125 cc merupakan motor untuk penggunaan sehari-hari," kata Morimoto.
Menurutnya, ciri khas pasar Eropa ini bisa dibilang sama dengan di Jepang maupun juga di Amerika.
Sementara jika dibandingkan dengan Indonesia, mayoritas penjualan adalah motor berkapasitas 125 cc.
"Kelas 150 cc sedang berkembang jadi lebih besar, dan kelas 250 cc jadi kelas tertinggi," terangnya.
(BACA JUGA: Blak-blakan Galang Hendra Pratama: Ini Ritual yang Dilakukan Jelang Balapan)
"Hal ini bisa terjadi karena perbedaan sistem pajak dan sebagainya, jadi inilah perbedaan besarnya," sambung Morimoto.
Di samping itu di Eropa, Jepang, dan Amerika, sepeda motor telah menjadi bagian dari hobi pemiliknya.
"Tak wajib untuk memilikinya, tapi motor bisa membuatnya jadi lebih muda atau sebagai refreshing saat waktu senggang," ujarnya.
"Tapi di Indonesia, Anda beli motor sebagai kendaraan sehari-hari. Inilah perbedaan besarnya," tambah Morimoto.