GridOto.com - Motor asal India, Royal Enfield, kini bisa dibilang mulai dilirk di Indonesia.
Dengan harga yang relatif lebih terjangkau, Royal Enfield kini mulai menjamur di jalanan Indonesia.
Untuk kamu yang berniat meminang motor dengan nama beken 'RE' ini, ada baiknya simak pendapat anggota komunitas tentang motor ini.
Menurut Adnan Maddanatja, perwakilan Royal Riders Indonesia (RORI), secara keseluruhan Royald Enfield nyaman dikendarai, terlebih model yang ia miliki yakni Classic 500.
(BACA JUGA: Royal Enfield Himalayan Berkaki Tiga, Pakai Differential Sekaligus Gigi Mundur)
"Kalau Classic 500 sih nyaman, tapi tetep harus ada yang diganti, contohnya setang," ucap Adnan kepada GridOto.com.
"Kalau setang bawaan (standar) kan agak berat, agak getar, akhirnya saya ganti yang agak panjang, jadinya untuk belok lebih asyik, getarnya juga berkurang," sambungnya.
Selain itu, untuk tenaga dan torsi, menurutnya motor ini nyaman dikendarai untuk dipakai perjalanan jauh dengan trek yang beragam.
"Tapi jangan dibandingin sama pabrikan Jepang ya, karena kalau motor Jepang kan langsung konstan, kalau ini enggak," kata Adnan yang megaku pernah 'menggeber' RE-nya hingga kecepatan 125km/jam.
(BACA JUGA: Begini Tampilan Royal Enfield Himalayan Kalau Ikut Rally Dakar)
Lebih lanjut, ia menyebut perawatan Royal Enfield cenderung lebih murah ketimbang moge lainnya.
"Kalau servis ringan kurang lebih abis Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu lah. Itu mahal di oli doang sih, kalau mau pakai oli murah ya bisa aja lebih murah," katanya.
Sebagai pencinta Royal Enfield, ia berharap, Royal Enfield tetap mempertahankan ciri khas 'klasik' pada tiap model barunya.
Selain itu, ia juga berpendapat agar pabrikan bisa meluncurkan Royal Enfield Classic 500 dengan mesin karburator.
(BACA JUGA: Royal Enfield 1961 Jadi Motor Listrik Pakai Baterai Nissan Leaf)
Bukan tanpa alasan, menurutnya, jika dipakai touring ke kota-kota kecil ia dan rombongan kerap kesulitan untuk menemukan bahan bakar dengan oktan yang tinggi.
"Karena gua sempet ada masalah injektor waktu di Poso, karena kalau lu jalan ke daerah, itu nyari bensinnya susah. Yang kedua, bensin di atas premium susah banget, kecuali di kota besar," ujarnya.
"Contoh, gua kemarin dari Manado ke Gorontalo lewat hutan, kalau ga ada pom bensin kan gua beli eceran. Mungkin karena gua beli eceran kadar airnya banyak, ternyata injektornya jadi berkarat. Jadi selama 150 km mbrebet," kata pria berusia 50 tahun tersebut.