“Kalau terlalu banyak, ruang bakar jadi kebanjiran sehingga motor bisa mogok dan muncul banyak kerak. Sebaliknya, kalau terlalu irit mesin jadi cepat panas dan kurang tenaga,” jelasnya lagi.
Prinsip tersebut sebetulnya mirip seperti setelan bensin pada motor berkarburator, hanya saja prosesnya melalui perangkat elektronik.
“Cara mengujinya tentu motor perlu dites, bisa dipakai jalan atau naik dynotest. Untuk hasil optimal bisa diuji pakai alat AFR (Air Fuel Ratio) meter,” tutup Harel.