(BACA JUGA: Biodiesel B20, Faktor Ini yang Jadi Penyebab Kekhawatiran)
Walau begitu, ada beberapa hal yang mesti diwaspadai terkait mandatori penerapan biodiesel B20 ini.
"Dari segi bidang otomotif banyak yang mempertanyakan soal kualitas dari bahan bakar biodiesel itu sendiri," sambung Yus, sapaan akrab Tri Yuswidjajanto.
Menurutnya, kualitas biodiesel yang buruk akan menyebabkan kerusakan pada ruang bakar mesin akibat dari zat asam yang terkandung pada senyawa nabati di biodiesel B20.
"Di Indonesia masih menggunakan standar Euro2, jadi yang penting biodiesel B20 yang dipakai memenuhi standar itu," imbuh Yus.
Soal penerapan standarisasi dan kualitas biodiesel B20 juga disoroti oleh Ketua Kompartemen Angkutan Darat Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Kyatmaja Lookman kepada GridOto.com.
"Blending dari biodiesel B20 ini belum terstandarisasi dengan baik, setiap pemasok memiliki kualitas yang berbeda-beda," terang pria yang juga menjabat sebagai Chief Executive Officer PT Lookman Djaja, perusahaan logistik dengan armada ratusan truk bermesin diesel.
(BACA JUGA: Sudah Riset Sejak Lama, Hino Sambut Baik Program Biodiesel B20)
Faktor lain yang mesti diwaspadai adalah filter bahan bakar di mobil.
Terutama saat pemakaian awal saat ganti dari bahan bakar diesel biasa ya, filter bahan bakar akan lebih cepat kotor.
Ini karena biodiesel B20 ini memiliki senyawa ester yang mampu merontokkan kotoran dalam tangki bahan bakar dan saluran bahan bakar (fuel line).
"Karena biodiesel B20 saat masuk ke tangki akan meng-flush sisa bahan bakar diesel biasa yang mengandung lebih banyak sulfur," jelas Didi.
Ini akan menyebabkan interval penggantian filter solar akan lebih cepat di awal penggunaan biodiesel B20.