Alhasil, kata Rudy ada juga konsumen atau teman yang akhirnya memutuskan membeli mobil di luar negeri.
Secara harga bisa lebih murah, karena jika dijual di Indonesia banderolnya naik menjadi tiga kali lipat.
"Penjualan kita dalam satu tahun masih bisa dihitung pakai jari. Enam bulan laku satu unit saja kita sudah sangat bersyukur sekali," kata Rudy.
Kondisi serupa juga dirasakan dengan Aston Martin Jakarta yang merupakan agen pemegang merek (APM) Aston Martin di Indonesia.
(BACA JUGA : Lima Fakta Menarik Wuling E100, Kecil-kecil Cabe Rawit)
Sejak berdiri dari 2015 sampai pertengahan 2018 ini, baru berhasil menjual kurang lebih 20 unit saja.
"Jual mobil mewah pada saat ekonomi bagus saja susah, apalagi jualan mobil mewah seperti ini eknomoni lagi sulit, lebih susah lagi," ucap General Manager Sales & Marketing Aston Martin Jakarta Francisca Prandayani di tempat yang sama.
A post shared by GridOto (@gridoto) on
Artikel serupa telah tayang di Kompas.com dengan judul "Orang Kaya Banyak Batal Beli Mobil Mewah Karena Dollar AS"