GridOto.com - Sekilas dilihat memang tidak terlihat ada yang salah dengan M. Fadli Immamudin, jika saja kamu tidak tahu ceritanya.
Saat ditemui ia mengenakan kaus putih dan celana panjang jins, langkah Fadli luwes saja saat menemui GridOto.com di lobi Hotel Alana, Solo.
"Baru latihan nanjak-nanjak tadi," ungkapnya yang berada di Solo dalam rangka pelatnas paralympic.
Dikenal kalangan otomotif sebagai pembalap motor, Fadli sekarang memang lagi sibuk bersepeda.
(BACA JUGA: Blak-blakan Henry Tedjakusuma: Asal Muasal Nama Helm KYT di Indonesia)
Namun hanya dengan satu kakinya yang tersisa.
Semenjak kecelakaan di Sentul tahun 2015 lalu, Fadli memang sudah berdamai dengan kondisinya.
Tentunya kamu ada yang penasaran atau belum tahu, kenapa M. Fadli Immamudin bisa jadi seorang pembalap motor?
"Awalnya seneng banget sama motor. Malah saya dari kelas 2 SD saya sudah bisa pakai motor," ujar Fadli membuka ceritanya.
"Pokoknya kata orang tua, dulu saya bandel banget."
(BACA JUGA: Blak-blakan Herutama Trikoranto: Pengembangan Baterai, Cara Pertamina Menghadapi Era Kendaraan Listrik)
Namun motor jenis apa sih yang pertama kali membawa Fadli ke dunia sepeda motor?
"Vespa. Jadi bapak saya, paman-paman saya, kakek saya, keluarga Vespa. Nah dulu waktu SD saya sering curi-curi (pakai), karena keluarga pasti enggak ada yang ngijinin," ia mengenang.
Makin sering pakai motor, jadi makin bandel, dan mulai senang ngebut-ngebut. Dari situlah ia berniat jadi pembalap.
Salah satu yang jadi inspirasinya buat jadi pembalap ternyata gara-gara membaca Tabloid OTOMOTIF.
"Bayangin deh, dulu mulai tahun 1993 saya langganan OTOMOTIF, masih kelas 3 SD, sisihin uang jajan dan saat itu tergolong mahal harganya buat anak SD," kekeh Fadli. "Udah gitu yang dibaca cuma rubrik balapnya doang," tambahnya.
Menurut Fadli, sejak ia SMP sudah minta izin untuk ikutan balap motor ke orang tua.
"Tapi gimana ya, orang tua zaman tahun 1999-2000 itu masih tabu lah sama yang namanya balap motor," ungkap Fadli.
Meski lahir dari keluarga yang dekat dengan dunia otomotif, namun enggak ada satupun di keluarganya yang menjadi pembalap.
Tambah lagi, Fadli yang menghabiskan masa kecilnya di Cibinong dan dekat dengan Sirkuit Sentul malah tidak pernah menonton event balapan langsung.
"Saya malah nontonnya GP di TV, enggak pernah nonton event lokal," akunya.
(BACA JUGA: Blak-blakan Veroland: Bersiap Mewakili Indonesia di Kejuaraan Dunia Custom Bike)
Namun langkahnya semakin mendekati dunia balap ketika mengetahui ada bengkel yang suka ikutan balapan Kejurda DKI di Kemayoran.
"Niat saya makin bulat buat balapan meski orang tua masih menentang, katanya lebih baik saya sekolah yang benar, biar jadi insinyur, pokoknya sekolah yang tinggi," ujarnya.
Fadli mengaku waktu lama membujuk orang tuanya agar memberikan izin balapan.
"Akhirnya terbujuk juga, apalagi saat tahu saya senang ngebut di jalanan, tambah pernah ikutan balap liar," kekehnya.
Apalagi Fadli juga ikutan komunitas Vespa yang bermarkas di daerah Cijantung dan kebetulan punya tim balap juga.
"Saya ditawarin, mau enggak nih ikut balapan? Jelas mau banget, tapi buat ikutan, Kartu Izin Start (KIS) itu harus ditandatangani orang tua," ujar Fadli.
Akhirnya orang tua mengizinkan ia balapan saat SMA, terbilang telat kalau mau dibandingkan sama pembalap zaman sekarang yang banyak memulai karirnya dari usia dibawah 10 tahun.
Enggak disadari olehnya, bulan Agustus tahun 2000 saat ia melakukan balapan untuk pertama kalinya, momen saat ia resmi melewati garis start, takdir akan membawanya menjadi pembalap yang dikenal seantero Asia.