Namun usai race 1 Sabtu (30/6/2018) ia mulai menemukan mesin motornya hancur.
"Piston rusak akibat detonasi," ujarnya.
Ia mulai curiga dengan kualitas bensin yang disediakan panitia balap, yakni Pertamax Turbo yang punya oktan 98.
"Free Practise, kualifikasi dan race, bensin harus dari panitia," ujarnya.
Karena panitia tidak punya alat pengukur oktan, pihaknya berinisiatif untuk membeli alat ukur tersebut.
(BACA JUGA: Prosedur Panitia Balap IRS Sentul Menjaga Oktan Bensin yang Dipakai Motor Peserta)
Timnya lantas melakukan pengukuran terhadap bensin yang diperoleh dari panitia.
Alat berlabel Oktis-2 tersebut menunjukkan oktan bensin cuma 86.
Menurut Ade, seri sebelumnya ia tak menjumpai masalah meski tak begitu memperhatikan.
Sebab, ia pilih ikut regulasi yang ditetapkan panitia.
"Untuk balap, panitia yang sediakan bensin. Itu berlaku udah lama. Awal 2018 ditetapkan begitu."
"Seri pertama, tangki bensin dikosongkan, diisi bensin dari panitia, disegel lalu dipasang transponder dan line-up."
"Seri kedua saya yakin aja. Soalnya di seri pertama, setelah disegel, enggak diutak-utik. Enggak ada masalah walaupun kita enggak ngecek oktan," papar Ade.