Ia sedikit bercerita kilas balik kejadian yang sama juga berlaku pada saat mobil Jepang dikomparasi terhadap mobil Amerika.
(BACA JUGA : Tersingkir di Lap Pertama, Nico Hulkenberg Geram dengan Romain Grosjean)
Menurut Johnny, waktu brand Jepang bersaing dengan brand Amerika, harga mobil Jepang lebih murah dari Amerika.
“Saat itu riset Jepang mengcopy brand Amerika. Tetapi perusahaan Jepang hebat, saat posisi perusahaan Amerika sedang top, Jepang ambil (mengkopi) teknologi Amerika. Sebaliknya, ketika kondisi Amerika menurun, Jepang improved sehingga mereka berhasil,” jelasnya.
Cara yang dilakukan China saat ini meniru Jepang ketika bersaing dengan Amerika. Akan tetapi, Johnny sangat yakin kondisi ini akan bergerak terus.
“Coba aja nanti lihat (harga mobil China) akan mahal. Sebentar lagi deh,” kata Johnny.
Faktor lain yang membuat harga produk China lebih murah karena volume.
Di negaranya, mereka memproduksi dalam jumlah besar karena populasi sangat besar.
Jadi menurut Johnny, harga mobil Jepang yang mahal ini bukan kecurangan.
“As a basic quality Jepang tidak cheating,” cetusnya.
Salah satu cara untuk menekan cost production, pabrikan Jepang melakukan berbagai langkah strategis.
Misalnya kolaborasi antar merek.
“Itu sudah terjadi, namanya sharing volume. Di zaman saya dulu menggabungkan 2 merek seperti Toyota Dyna dengan Isuzu. Memang penggabungan ini enggak mudah. Masing-masing pihak punya pride. Tapi harus dilakukan untuk efisiensi. Sekarang melakukan hal ini sudah enggak malu-malu lagi,” tutupnya.