Agar terintegrasi dengan ERP, pengemudi harus memasang perangkat khusus di kendaraan mereka.
Dalam perangkat itulah kartu elektronik bernama CashCard ditempatkan.
Ketika sebuah kendaraan melewati gerbang ERP, sistem secara otomatis memindai perangkat dan mengurangi saldo kartu elektronik milik pengemudi.
Dan, jika terjadi pelanggaran, misalnya kendaraan melaju tanpa perangkat atau saldo CashCars tidak cukup, sistem akan mengirim foto kendaraan ke pusat kendali ERP.
(BACA JUGA: Enggak Sabaran, Hamish Daud Pilih Motor untuk Tembus Kemacetan)
Foto tersebut menjadi bukti untuk memungut biaya dan denda terhadap pengemudi nakal tersebut.
Tarif ERP dibedakan berdasarkan jenis kendaran dan waktu melintas.
Jam sibuk menjadi tarif termahal ERP sehingga dengan ini pengemudi jadi berpikir untuk menggunakan kendaraan pribadi.
Hal serupa juga diterapkan di Stockholm, Swedia.
(BACA JUGA: Balap Liar Bikin Macet Jangan Dicontoh, Lihat Videonya!)
Dalam situs transportstyrelsen.se, dijelaskan di Stockholm penerapan ini menggunakan sistem pemindai lewat pelat nomor.
Ketika melewati jalan yang ada sistem ERP, kamera langsung memindai pelat nomor.
Gambar itu dikirim ke Trasnportstyrelsen (Dinas Transportasi Swedia) di mana kendaraan diidentifikasi.
Kemudian Trasnportstyrelsen mengirimkan slip pembayaran kepada pemilik kendaraan jika kendaraan tersebut terdaftar di Swedia.
Jika benar, mungkinkah kemacetan di Jakarta bakal teratasi?