Sebagai patokan ukuran, dipilih kartu kredit sebagai pembandingnya saat gambarnya diimpor ke aplikasi Fusion 360.
Dengan melakukan scanning 2D, akan lebih mudah membuat model 3D-nya.
Menurut Jonathan, akan lebih mudah jika menggunakan printer 3D, namun menggunakan scanner 2D saja sudah cukup untuk part seperti tuas choke.
Meski terlihat simpel, tuas choke sendiri cukup rumit dalam mendesainnya menggunakan aplikasi komputer.
Kelebihan beberapa milimeter akan membuat tuasnya tidak bisa digunakan.
Namun Jonathan berhasil membuat tuasnya dengan baik, meski hasilnya tidak semulus buatan pabrik.
Itu karena Jonathan melakukan printing 3D tuasnya dengan tinggi lapisan 0.3 mm agar hasilnya cepat dibuat.
Tuas ini sendiri aslinya masih prototip dan akan dibuat kembali dengan resolusi printing lebih tinggi.
Selain itu untuk kedepannya Jonathan akan menggunakan material PETG (Polyethylene Terephthalate) yang lebih kuat.
Meski demikian selama 2 tahun tuas choke prototipe ini masih tetap digunakan Jonathan karena bekerja dengan baik tanpa masalah.
Bagaimana, tertarik mengikuti jejak Jonathan membuat part untuk motor Anda menggunakan 3D printer?